Maurib Terakhir, Fajar Akhir Subuh dan Mata Doa
Maurib Terakhir
Harum tanah terjal
Membasahi riak adzan
Senja-senja berkilau
Pada kerinduan yang memudar
Tak terasa rintik bayang
Mengejar cahaya rembulan
Ketika diantara kemungkaran
Bertahta dalam penderitaan
Barangkali sebab sunyi
Semua pedih semakin berarti
Bertahan dalam doa
Menjelang senja mulai tiada.
Lebbeng, 2019
Fajar Akhir Subuh
Masih terasa cerah
Lantunan surat Al-fatehah
Mengelilingi wajahmu yang patah
Maski telah kudengar
Kelam berpijak parau
Selalu di matamu yang curam
Tapi doa lebih berkuasa
Dari perasangka di dasar mata
Maka kupasrahkan semua pada angin
Agar ketelanjangan selalu menulak dingin
Mencari hangat bulir-bulir hujan
Di tubuhmu yang terjal.
Lebbeng, 2019
Mata doa
Keserasian yang dilahirkan sunyi
Adalah kemungkinan yang abadi
Berdiri di tengah bayang-bayang
Kepada tuhan tempat memandang
Lebbeng, 2019
Catatan redaksi: Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau redaksinusantaranews.co@gmail.com