NUSANTARANEWS.CO – Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson tengah mencari cara untuk menekan Korea Utara mengenai program nuklirnya. Meski tidak jadi melakukan uji coba nuklir pada peringatan ke-105 kelahiran pendiri Korea Utara Kim Il-sung, namun negara komunis itu masih terus melancarkan tekanan terhadap Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan. Bahkan, AS mencium akan adanya sebuah serangan yang sangat dahsyat dari Korea Utara.
Seperti diwartakan, Korea Utara hanya menunda uji coba nuklirnya. Penundaan ini disebut-sebut akibat tekanan Cina, AS, Jepang dan Korea Selatan yang sedemikian hebatnya. Terutama Cina, karena Korea Utara banyak bergantung dengan negara dengan Presiden Xi Jinping itu khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengecam keras pemimpin Korea Utara Kim Jong-un karena telah menolak peringatan dari sekutu utama Korut yakni Cina. Sebelumnya, AS tak hanya meminta Cina menghentikan uji coba nuklir tetapi juga mendesak agar Korea Utara menghentikan program nuklirnya karena bertentangan dengan Dewan Keamanan PBB.
“Kami meninjau status Korea Utara, baik dalam hal sponsor negara atas terorisme dan juga cara-cara lain di mana kita dapat memberi tekanan pada rezim Pyongyang agar terlibat kembali dengan kita. Perjanjian dari pembicaraan sebelumnya sudah diabaikan,” kata Tillerson seperti dikutip Reuters.
Selain itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence melakukan tur ke negara-negara sekutu di Asia. Dalam turnya tersebut, Pence berulangkali menegaskan bahwa kesabaran AS terhadap Korea Utara telah habis. Sementara perwakilan AS yang melakukan kunjungan ke London, yakni Paul Ryan mengatakan bahwa tekanan militer merupakan langkah yang harus dilakukan terhadap Korea utara.
“Membiarkan diktator ini memiliki kekuatan semacam itu bukanlah tindakan negara-negara yang beradab,” kata Ryan mengacu pada Kim Jong-un.
Menurut Ryan, hasil kerjasama dengan Cina merupakan kunci guna mengurangi ketegangan. Namun, kerjasama tersebut justru membuat Korea Utara semakin beringas dan tak bisa diterima karena bisa saja mereka tiba-tiba menyerang sekutu dengan senjata nuklirnya. Apalagi, secara politik Korut dan Korsel masih terlibat konflik dan perang sejak 1950-1953 silam yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Lebih lanjut, Presiden Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn dalam sebuah pertemuan dengan pejabat pada hari Kamis (20/4) berulang kali meminta kementerian militer dan keamanan untuk menjaga kewaspadaan. Rencananya, angkatan udara AS dan Korsel akan melakukan latihan tahunan pada 28 April dengan kode Max Thunder. Korea Utara menuding latihan militer AS dan Korsel merupakan persiapan untuk melakukan invasi.
Pewarta: Eriec Dieda
Editor: Achmad Sulaiman