Lantaran Sepi Materi, Penulis Ini tak Minta Pelajar Jadi Penulis

Foto Bersama usai Bedah Buku karyanya di di aula MA. MAHIDA oleh LPS Cendekia dan Penerbit Formaci, Kamis (5/10/2017). Foto: Dok Formaci

Foto Bersama usai Bedah Buku karyanya di di aula MA. MAHIDA oleh LPS Cendekia dan Penerbit Formaci, Kamis (5/10/2017). Foto: Dok Formaci

NusantaraNews.co, Pati – Dewasa ini ini kemampuan literasi digital telah menjalar dalam dunia anak-anak Generasi Z. Bahkan, sudah digelorakan gerakan literasi di mana-mana.

Demikian ungkap Penulis buku “Sing Penting Nulis Terus (Panduan Praktis Menulis Artikel dan Esai di Koran)” Hamidulloh Ibda menekankan kepada para pelajar cum aktivis literasi di Lembaga Pers Siswa (LPS) Cendekian MA. Manahijul Huda (MAHIDA) Ngagel, Dukuhseti, Pati, jawa Tengah.

“Literasi itu bukan sekadar empat kemampuan berbahasa, namun juga berkaitan dengan melek komputer, IT, bahkan cyber. Yang paling saya suka itu, adalah literasi itu dimaknai sebagai segala usaha untuk mendapatkan pengetahuan, termasuk bedah buku ini,” jelas Ibda pada acara Bedah Buku karyanya di di aula MA. MAHIDA oleh LPS Cendekia dan Penerbit Formaci, Kamis (5/10/2017).

Dosen STAINU Temanggung ini tidak mengajak peserta untuk menjadi penulis. Namun, kalau ingin nama mengabadi dan punya karya intelektual harus menulis.

“Sekali lagi, tidak ada tokoh besar tanpa tulisan. Alquran saja kalau tidak dibukukan atau jadi mushaf itu, saya yakin Islam tidak berkembang sampai sekarang kok. Jadi betapa pentingnya tulisan itu,” tegas pria yang pernah belajar di MA. MAHIDA tersebut.

“Saya tidak mengajak teman-teman jadi penulis. Karena penulis itu sepi materi. Kecuali sekelas Raditya Dika, Asma Nadia atau Tere Liye. Kalau ingin kaya ya bisnis saja. Tapi kalau ingin jadi intelektual ya harus menulis, karena menulis itu investasi ide untuk masa depan,” tukas pria kelahiran Dukuhseti itu. (fp/red02)

Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version