Kepada yang Kalah
Becermin hanyalah ketakutan
Menenggelamkanmu
Pada masa tuamu
Kau ingin kembali ke masa kanak
Belajar berdiri kekar
Berjalan tidak terpeleset,
Agar hidup tak hanya sebatas bayang-bayang
Di rumahmu tak ada anak-anak menghiburmu
Hanya pohon-pohon sepi memagari penderitaanmu
Lalu kau memilih tidur pulas dalam gelap kamarmu
Meski para tamu lelah mengetuk pintu
Angkringan Pendowo, 2013
Biarlah dalam Diri Aku Berdiam
Tak mampu aku mencintaimu lebih dalam
O, dunia yang tidak jernih lagi
Biarlah dalam diri aku berdiam
Karena di luar ketegangan berkobar
Dan ketakutan menyelinap bagai cahaya
Aku dan kau semakin dekat pada kehampaan
Kita seolah ada, tapi tidak dapat meraba
Aku tak bisa menyentuhmu
Cinta datang
Lepas dari kemurniannya
Aku tersesat dalam kesunyian hutan
Lagu-lagu derita mengikutiku
Dan pada keputusasaanku
Aku ingin menemukanmu
Yogyakarta, 2013
Puja-Puja Puncak Derita
Ketika alismu membangkitkan hasrat
Ketika parasmu menyusup sayup mengusap hati
Cinta mengalun panjang merumrum keterpencilan diri
Merengkuh tubuh di dasar harap.
Kau kupuja-puja di puncak derita
Mencambuk rindu yang bertahun-tahun
Menyimpan bara kesia-siaan
Lahir pilu dari jejak waktu sendiri
Tak dapat kausentuh dengan jemari hatimu
Tak dapat kaugenggam bara ini dengan parasaanmu
Betapa namamu kunyanyikan ke dalam gelanggang senyap
Lalu pikiran terbang ke udara gelap
Melewati malam kelam
Melewati sepi menikam-nikam.
Kini, harap mengendap dalam desah
Mengurai mimpi ke suatu entah.
Desember 2012-Februari 2013
*Sabaruddin Firdaus, pengkhusyuk sastra, pengelola kopi, tinggal di Yogyakarta.
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.