Oleh: Jagarin Pane*
NUSANTARANEWS.CO – Tidak terasa kita telah sampai di tahun 2019, tahun terakhir dari sebuah program antarrezim yang istiqomah, MEF-2 alias Minimum Essential Force jilid 2. Kenapa disebut istiqomah karena dua pemerintahan yang berbeda karakternya tetap melanjutkan program modernisasi militer kita, MEF yang insyaAllah sampai jilid 3 periode 2020-2024.
Perkuatan militer Indonesia hukumnya “fardu kifayah” bagi bangsa ini dan “fardu ain” bagi pemerintahan negeri ini. Sebab jika tidak dilaksanakan atau terlambat melaksanakannya akan memberikan rasa malu yang luar biasa. Sebab negeri kepulauan terbesar di dunia ini dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, dengan kekuatan sumber daya manusianya yang nomor 4 terbesar di dunia kok punya militer yang tak bergigi.
Maka kita berterimakasih pada pemerintahan SBY dan Jokowi yang sampai saat ini masing-masing kebagian kerja satu jilid program MEF dan kita bisa lihat hasilnya yang cukup membanggakan. Berbagai jenis alutsista canggih sudah kita miliki dan pengadaan berbagai jenis alutsista semakin besar frekuensinya ditahun terakhir MEF jilid 2 ini.
Kita sedang memproses pengadaan 6 Drone Male (Medium Altitude Long Endurance) untuk mengawal Natuna. Kita sedang menunggu kedatangan 4 helikoper Chinook, kita sudah pesan 9 helikopter Bell 412Epi dan 8 helikopter Caracal. Kita juga sudah menganggarkan pembelian 8 helikopter Apache tahun ini. 5 Pesawat angkut berat Hercules seri J dari AS akan memperkuat skadron Hercules.
Skadron Hercules dikembangkan dari 2 skadron menjadi 3 skadron. Skadron yang baru berlokasi di Makassar. Skadron helikopter tempur dibangun di Jayapura, skadron pesawat angkut CN235 dibangun di Biak, skadron UAV dibangun di Timika. Sedang disiapkan 1 skadron jet tempur untuk melindungi Papua. Satuan radar militer dibangun di NTT, Bengkulu dan Morotai untuk menutup blank spot mata telinga teritori udara kita. Natuna sudah jadi pangkalan militer terintegrasi.
Kita juga sedang menunggu kedatangan 11 jet tempur Sukhoi SU35. Meski banyak dinamika dalam proses pengadaannya kita meyakini semua sesuai jadwal, minimal ada 2 jet tempur Su35 yang ikut meramaikan HUT TNI 5 oktober nanti. Sementara program radarisasi dan rudalisasi 15 jet latih tempur golden eagle sedang dikerjakan.
Setidaknya 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) dan 1 LPD rumah sakit segera memasuki inventori TNI AL. Matra laut ini juga sedang menunggu kehadiran pesanan kapal selam ke 3 Nagapasa Class yang dibuat di PT PAL kerjasama dengan Korsel. Artinya tahun ini kita sudah memiliki 5 kapal selam. Dan tidak berhenti sampai disitu.
Kemhan sedang bernegosiasi dengan saudara kita yang baik hati Korsel untuk melanjutkan transfer teknologi dengan kembali mengadakan pembangunan 3 kapal selam tambahan. Peran PT PAL semakin ditingkatkan dengan membangun beberapa modul kapal selam. Diharapkan dalam MEF 3 tahun 2020-2024 kita sudah memiliki 8 kapal selam canggih. Dan diharapkan teknologi pembuatan kapal selam relatif sudah kita kuasai pada saat itu.
Kemhan juga sudah kontrak pengadaan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) dengan PT PAL. Ini kontrak batch 2 dan kontrak batch 1 sudah menghasilkan 4 KCR Sampari Class. Lalu bagaimana dengan kelanjutan pembangunan kapal perang PKR10514 Martadinata Class. Sabar ya Om, bentar lagi juga ada beritanya. Kontrak-kontrak skala besar di tahun terakhir MEF 2 akan berkibar di minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang.
Belum lagi program pengadaan jet tempur F16 Viper yang diniscayakan di MEF-3, pengadaan 2 kapal perang destroyer, makin cerah aja. Juga kedatangan MLRS Astross, Nexter, Ambulance militer, Vampire, Tank Amfibi, Tank Harimau dan lain-lain semuanya memberikan kebanggaan bagi kita yang cinta negeri ini.
Jadi tahun ini matahari alutsista kita bersinar terang, gak pake mendung dan semuanya menyambut dengan sukacita. Utamanya industri pertahanan strategis baik PT PAL, Pindad, PT DI, galangan kapal swasta nasional semuanya sedang menikmati hari-hari cerah dalam proses bisnis mereka. Tidak terkecuali sang user TNI sebagai pemilik dan pengelola alutsista canggih tentu menyambut dengan mata berbinar.
Negeri kepulauan yang besar ini mutlak harus dilindungi dengan kekuatan militer yang berkualitas. Maka perkuatan militer kita adalah bagian dari kesinambungan pembangunan di segala bidang. Tidak boleh dipisah-pisah apalagi dinomorduakan. Kita membangun perkuatan militer di Natuna, misalnya, adalah untuk menjaga harkat dan martabat teritori kita karena di utara kepulauan itu sedang terjadi demam berkepanjangan karena klaim Laut Cina Selatan.
Semoga program MEF kedepan nanti akan semakin memperlihatkan kehebatan militer kita yang memang sudah hebat dari sisi kualitas SDMnya. Kita terus perkuat alutsistanya sembari menyampaikan pesan kuat bagi siapa saja yang coba menganggu teritori NKRI, jangan coba-coba bermain api dengan teritori Indonesia.
*Jagarin Pane, Analis Pertahanan dan Alutsista TNI