EkonomiLintas Nusa

Kehidupan Petani Aceh di Kawasan Persawahan Montasik Aceh Besar

Kehidupan petani Aceh di kawasan persawahan Montasik Aceh Besar
Kehidupan petani Aceh di kawasan persawahan Montasik Aceh Besar. Foto Raziah dan Wati pengelola sawah.

NUSANTARANEWS.CO, Aceh Tamiang – Kehidupan petani Aceh di kawasan persawahan Montasik Aceh Besar. Di sebagian Aceh pelaku penanaman padi masih didominir oleh kaum perempuan, tradisi yang sudah berjalan sejak lama dan dimaklumkan ini menunjukkan bahwa peranan kaum perempuan terhadap ketahanan perekonomian keluarga sangatlah besar

Hal tersebut dikatakan oleh Ir. Razuardi MT mantan Sekda Kab. Bireuen dalam sebuah kunjungan santai ketika menemui saudari Raziah, pemilik sawah di daerah persawahan Montasik Aceh Besar. Menurut penuturan Raziah, dirinya sudah melakukan pekerjaan menanam padi sejak mengenal bercocok tanam bersama orang tuannya. “Sekarang saya mengelolanya sendiri karena kedua orang tua saya telah lanjut usia,” tutur Raziah.

Raziah bersyukur bahwa panen padi kali ini lumayan karena secara kasat mata kuantitasnya memenuhi harapan, tidak ada serangan wereng, tikus, dan sebagainya, ujarnya dalam bahasa Aceh dengan dialek Aceh Besar.

Baca Juga:  Episode Perdana Podcast "Penjaga Nusantara" 40 Item menuju Pembangunan Berkelanjutan

Ketika ditanya luas areal sawah yang dimilikinya, Raziah ternyata tidak mengetahui secara pasti berapa luas areal yang ditanami. Namun diungkapkan oleh Raziah bahwa, dalam tradisi ukuran masyarakat Aceh untuk menyatakan besaran semaian benih padi, ia menanam padi sebanyak 4 naleh.

Dengan dialek Acehnya Raziah menjelaskan bahwa secara umum satu naleh setara dengan 20 bambu benih. Biasanya panen padi yang diperoleh secara normal mencapai 30 gunca, terangnya, 30 gunca setara dengan 60 karung, sedangkan dalam 1 karung berisikan 36 kilogram padi.

Menurut informasi Raziah, dalam setahun masyarakat di areal persawahan tersebut melakukan 2 kali musim tanam dengan masa proses hingga panen selama 3 bulan per sekali turun ke sawah.

Ir. Razuardi di areal persawahan Montasik Aceh Besar.

Terkait produksi beras di penggilingan, Raziah menceritakan bahwa dalam 40 bambu padi, ia memperoleh beras dari pabrik (kilang padi) sebanyak 10 bambu, dengan kata lain Raziah hanya menikmati seperempat dari hasil panennya.

Baca Juga:  Polres Depok Perkuat Program Kota Tanggap Ancaman Narkoba

“Harga padi berkisar antara Rp. 5.200,- hingga Rp. 5.500,- per kilogram,” ujarnya. Bilamana para agen mengambil langsung di sawah, harga yang ditentukan sebesar Rp. 4.800,- per kilogram, tambahnya.

Raziah yang tinggal bersama kedua orang tuanya serta dua kemenakannya yang masih bersekolah, mengaku cukup, ketika disinggung mengenai pendapatan ekonominya. “Ya dicukup-cukupkanlah,” jawabnya dengan bersahaja.

Melihat situasi tersebut, menurut Razuardi, artinya perekonomian masyarakat pelaku produksi kebutuhan pokok masih pas-pasan hanya untuk memenuhi kehidupan mereka.

Meski cukup untuk memenuhi kehidupan mereka, namun belum mampu mensejahterakan. Semoga perekonomian masyarakat, khususnya para petani semakin meningkat melalui berbagai upaya di masa mendatang dengan sstem yang lebih baik.[]

Kontributor: Thahar BYs

Narasumber Ir. Razuardi MT mantan Sekda Kab.Bireuen, Sekda Kab.Aceh Tamiang dan Blt Ketua BPKS Sabang.

Related Posts

1 of 3,050