NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menyoal kasus Merpati Airlines, pengamat penerbangan nasional, Arista Atmadjati mengatakan bahwa Indonesia seharusnya malu, karena tak mampu merawat maskapai peninggalan presiden Soekarno.
“Merpati itu berdiri tahun 1962 dan presiden Sukarno yang meresmikan Merpati. Malu kita tidak bisa merawat peninggalan presiden ke-1,” kata Arista kepada Nusantaranews.co, Jumat (20/7/2018).
Baca Juga:
- Ini Penjelasan Direktur AIAC Soal Kargo Udara Nasional
- Garuda Tunda Kedatangan Pesawat Baru, Pakar Penerbangan: Keputusan Baik
- Hasil Pertemuan Dirut Garuda, APG dan Sekarga Dinilai Membosankan
Sejak dinyatakan bangkrut pada 2014 silam, sampai saat ini maskapai penerbangan Merpati Airlines tak jua ada tanda tanda untuk mengudara kembali. Bahkan Dirut PPA Henry Sihotang mangku kesulitan mencari investor untuk menghidupkan kembali Merpati.
Pasalnya, tercatat dari tahun 2014 hingga 2018, total utang maskapai Merpati sudah mencapai sekitar Rp. 10,5 triliun lebih. Akibat utang tersebut, maskapai milik negara yang memiliki rute domestik terbanyak itu limbung.
Arista menjelaskan bahwa salah satu cara untuk menolong merpati selain mendatangkan investor, adalah tidak membuatnya pailit.
“Ya kalau solusi menurut saya jangan dipailitkan. Mengingat jasa Merpati sudah berpuluh puluh tahun, dari 1962 sampai tahun 2014. Kita anggap Merpati asset bangsa. Ingat! Pendirinya pak Sukarno,” terangnya.
Pewarta: Romadhon
Editor: Achmad S.