Asmaradhana Daun Layu
Apakah pepohonan pernah menyesali diri
saat pipinya lebam
saat matanya sembab
dan saat bajunya menguning
Ketika kebersamaan merekat satu
semua bercerita tentang hidup
menggulung dalam lipatan waktu
Mungkin semusim menyatu dalam canda
dari sebuah tunas
tumbuh di atas tanah
dan akar menyelam di kaki tubuhnya
Saat angin memainkan dirimu(pohon)
celoteh dirimu bagai bidadari indah
aroma begitu melekat
pada garis-garis kulitmu
Ketika semusim berlalu
tak bisa lagi ‘kau katakan
nafasmu seakan tersedak
hingga kulit dan bajumu
tak lagi bisa bermimpi
Pudar..layu…
meniti di antara rentang waktu
engkau jatuh berguguran
tanpa kuburan
Saat tanah engkau sentuh
bajumu telah kusut
seakan hatimu tersayat pilu
Angin tak lagi memainkan dirimu
bersama asmaradhana alam
mengalunkan gita cinta keindahan dirimu
tenggelam dalam putaran masa
– yang terus menjelajahi ruang waktu
Karena engkau telah tidur selamanya
mungkin menjadi sampah usang
Pembaringanmu jadi hidup baru
saat kuncup tunas merangkak mencari hidup
Malang – 2016
Kasat Pikiran Manusia
entah bagaimana cara melukis sketsa nalar pikiranmu
seharian aku duduk menerka pikiranku
dalam bayangan hanya terlintas wajahmu
bukan apa yang ada dalam pikiranmu
cermin dihadapanku seakan menertawakan kebodohan ini
sekian menit, mungkin berjam-jam lamanya
waktu itu terus melintas pada ruang tak terbatas
tetap saja terasa hampa dan kosong
dunia ini tak pernah menyatukan pikiran kita
walau kita berbicara dengan lisan yang sama
malam terus berlari mengejar pagi
di persimpangan waktu
siang pun terus memacu diri mengejar senja
selama itu kita hanya tersesat dalam pikiran kita masing-masing
kadang kita harus meniti sebuah makna
selama kita melihat manusia itu hanya sebagai orang
bahkan seperti hewan
maka diri kita seperti Tuhan
langit pun akan menjadi rendah seperti tanah
tanah tua menjadi renta
rimba langit menjadi tuli
apakah ada bedanya
antara mata hati dan hati yang tak bermata?
mari kita mendalami pikiran kita
– dengan sesuatu
yang sesungguhnya bukan milik kita
hingga kasat pikiran ini tak menggumpal
menjadi sesuatu yang tak mempunyai makna
Malang – 2016
di Balik Pintu
Tertutup lama sudah
pintu itu
tak terhitung berapa lama
waktu melintas di depannya
Jendela pun terkatup bisu
angin hanya melenguh
terasa sesak saat menerobos
di sela lubang kunci
Mungkin di dalamnya jiwa teramat letih
tak lagi ingin ada hidup
mengusik kesendiriannya
atau telah menjadi bayang tanpa jasad
Pintu itu terus tertutup
tak pernah lagi terbuka
Malang – 2016
*Vito Prasetyo, dilahirkan di Makassar, Ujung Pandang, 24 Februari 1964. Pria Bernama lengkap Victorio Prasetyo W bergiat di dunia sastra sejak 1983. Karya-karyanya tersiar di berbagai media massa seperti Harian Pedoman Rakyat (Makassar), Suara Karya, Malang Post, Radar Malang, dll. Dan termaktub di beberapa Antologi Puisi seperti Jejak Kenangan (Rose Book, 2015), Tinta Langit (Rose Book (2015), 2 September (Rose Book, 2015), Jurnal Puisi SM II 2015 (Sembilan Mutiara Publishing, 2016), Malam-malam Tanpa Nafas (2013), Perjalanan (2014), Kumpulan Puisi Religi (2013 – 2014), Kumpulan Cerpen Wanita-wanita, Menuju Ridho Allah (2014 – 2015). Kini ia mukim di Malang, Email: vitoprasetyo1964@gmail.com, dan HP: 081259075381