Jokowi Dinilai Lebih Berhak Terima Kebohongan Award dari PSI

game of thrones, perang dagang, winter is coming, pidato jokowi, nusantara, natalius pigai, annual meeting imf-world bank, nusantaranews, perekonomian global, kehormatan bangsa, nusantara news

ILUSTRASI - Pidato Jokowi tentang 'Winter is Comig' saduran dari film Game of Thrones. (Foto: Twitter/HBO Asia)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama tiga Ketua Umum Partai Politi (parpol) koalisi yakni Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Diaz Hendropriyono, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Harry Tanoesodibjo ke Istana Bobor, Jawa Barat, Sabtu (18/7/2018) siang. (FOTO: Istimewa)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama tiga Ketua Umum Partai Politi (parpol) koalisi yakni Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Diaz Hendropriyono, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Harry Tanoesodibjo ke Istana Bobor, Jawa Barat, Sabtu (18/7/2018) siang. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Para politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dinilai tidak bersungguh-sungguh memerangi kebohongan. Jika serius, Kebohongan Award diberikan kepada Joko Widodo.

“Karena telah kita ketahui bersama, kebohongan-kebohongan Jokowi begitu kasat mata. Mulai dari kebohongan kecil, seperti tidak pernah memegang bola basket selama 37 tahun atau menggunakan sepeda tidak memakai rem sampai kebohongan besar, kasus mobil Esmka, penyelesaian kasus HAM, kasus impor pangan dan lain sebagainya,” kata pengamat politik dari Indonesia Development Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi, Jakarta, Sabtu (5/1/2019).

Menurutnya, Kebohongan Award yang diberikan PSI kepada Prabowo Subianto, Sandiaga Uno dan Andi Arief tak lebih hanyalah gaya politik sarkas partai yang mengadopsi lambang partai sosialis internasional tersebut.

Politik sarkas adalah sebuah upaya untuk mencemooh, menyakiti lawan politik dan membuat framing kepada masyarakat. “Dalam kasus PSI Award ini tentu hal tersebut bertujuan bahwa ketiga tokoh tersebut sebagai sumber kebohongan,” ujar Firman.

Baca juga: Survei LSI Denny JA: PSI Pimpin Partai Gurem, Terancam Tak Dapat Jatah Kursi di Parlemen

Baca juga: 6 Partai Politik Ini Butuh Keajaiban Lolos Ambang Batas Parlemen

Baca juga: 6 Partai Politik Masuk Kategori Divisi Nol Koma

Dia menuturkan, PSI memang tengah membutuhkan manuver-manuver politik yang menarik perhatian masyarakat untuk dapat lolos ke senayan. Pasalnya, dalam sejumlah lembaga survei nasional, partai besutan Grace Natalie ini elektabilitasnya masih sangat minor, nol persen, yang berarti terancam tak lolos ke Senayan yang mensayaratkan ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Firman menambahkan, bangsa ini tengah menghadapi tantangan yang sangat kompleks mulai dari ancaman bencana alam, bonus demografi sampai perang dagang.

Karenanya, kata dia, jauh lebih penting mengedepankan program dan solusi terhadap tantangan-tantangan tersebut dari pada menyeret rakyat untuk membenci tokoh-tokoh yang dianggap lawan politik.

“Tinggalkan politik sarkasmu PSI! Sebelum rakyat semakin terpecah karena kebencian yang terus kau pupuk,” cetusnya.

(eda/bya)

Editor: Banyu Asqalani

Exit mobile version