Jokowi di Kartu Kuning, Para Buruh Anggap Sangat Pantas

Sekjen KSPI Muhamad Rusdi (Foto Romandhon/Nusantaranews)

Sekjen KSPI Muhamad Rusdi (Foto Romandhon/Nusantaranews)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Seperti gayung bersambut, aksi berani Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa (2/2/2018) dengan memberikan kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) disambut positif banyak kalangan. Termasuk dari kalangan para buruh.

Menanggapi aksi Zaadit Taqwa, perwakilan buruh Indonesia yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai sudah sepantasnya Jokowi di kartu kuning. Bahkan KPSI mendukung 100 persen aksi kartu kuning tersebut.

Sekjen KSPI, Muhamad Rusdi mengatakan kartu kuning memang layak diberikan kepada presiden Jokowi. Pasalnya kata dia, selama ini Jokowi dinilai tak memiliki keberpihakan sama sekali terhadap kaum buruh dan rakyat kecil dalam paket kebijakan ekonominya.

“Pak Jokowi memberikan kebebasan yang luar biasa kepada TKA (tenaga kerja asing),” ujar Rusdi, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (4/2/2018).

Pada 2015, kata Rusdi, dalam kurun waktu hanya tiga bulan, pemerintah telah menerbitkan dua Permenaker mengenai TKA. Yaitu memperlonggar TKA masuk ke Indonesia dengan cara menghapuskan kewajiban berbahasa Indonesia. Kemudian menghapuskan ratio antara jumlah TKA dengan tenaga kerja lokal.

“Jokowi menciptakan lapangan kerja. Bukan untuk orang Indonesia, tapi untuk tenaga kerja asing,” tegasnya.

“Makanya kami sepakat jika kemarin ada Ketua BEM UI Zaadit Taqwa, mengeluarkan kartu kuning. Kami sesungguhnya sangat setuju 100 persen. Buruh 100 persen setuju, mahasiswa memberikan kartu kuning kepada Pak Jokowi dan kami mendukung,” ungkap Rusdi.

Menurutnya, kartu kuning adalah warning atau peringatan bagi Presiden Jokowi, bahwasanya ia telah gagal dalam mensejahterakan buruh dan rakyat. Apa parameter sejahtera? Rusdi mengatakan bahwa pendapatan harus naik, kemudian pengeluaran harus turun.

“Kebijakan Jokowi yang buruh rasakan saat ini, pendapatan dibatasi, upah dibatasi, tapi harga-harga kebutuhan pokok dinaikkan. Naiknya pun luar biasa. Beras kemarin naik, kemudian listrik tahun 2017 naik secara bertahap. Kalau gak salah sampai tiga kali, itu naik hampir 130 persen,” bebernya.

Pewarta: Gendon Wibisono
Editor: Romandhon

Exit mobile version