Puisi Rudi Fahrizal Putra
Jendela yang tertutup
Setiap jendela adalah tempatku
membuka mata
Jendela-jendela kamarku
telah merekam sekian peristiwa
bertahun lamanya
Usia mereka lebih tua dari sebatang
pohon tua di seberang jalan.
Ada sebuah jendela di sudut kamar
Daunnya senantiasa tertutup
Setiap orang yang menyaksikan
jendela itu, akan bertanya perihal
daunnya yang tertutup
Dan jawaban yang diberikan ayahku
selalu berbeda-beda dari waktu ke waktu
Sebenarnya, aku tahu alasan sesungguhnya
mengapa jendela itu tertutup
Yaitu karena sebuah alasan yang selalu
kupertanyakan di masa lampau.
Ketika aku dewasa, aku telah mengerti
banyak hal
Dan aku tidak lagi mempertanyakan
perihal bodoh itu lagi
Kadang-kadang aku berpikir
hatiku pun seperti jendela itu
Hatiku ingin menyimpan banyak warna
tetapi selalu menolak ketika ingin dibuka.
Suatu waktu di bumi yang lain
Aku berada di sebuah ruang kelas
Aku meihat semuanya menjadi
berbeda dari apa yang pernah muncul
di dalam mimpi
Di sini aku merindukan hujan
dan aku jatuh cinta kepada wanita
yang serupa warna pelangi
Aku memendam rahasia itu
Kali ini aku tidak hanya menyimpan
perasaan tapi juga kesedihan
Ketika seseorang bertanya perihal
itu, aku akan mengabaikannya
atau menceritakan hal lain yang
membuatnya lupa.
Aku memutuskan untuk menyembunyikan
jati diriku yang sebenarnya
Setiap orang merasa telah mengenalku
Tapi, sebenarnya mereka hanya mengenal
sesuatu yang lain di dalam diriku
Persis, seperti jendela tertutup di rumahku
Rudi Fahrizal Putra, puisinya masuk dalam antologi puisi bersama, Ketika Senja Mulai Redup, 2015. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiwa semester IV jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com