Jelang Berakhirnya Gencatan Senjata, ARSA Tawarkan Perdamaian Dengan Pemerintah Myanmar

Tanggapan pasukan keamanan Myanmar terhadap serangan-serangan yang dilakukan oleh Arakan Rohingya Salvation Army telah menyapu secara biadab Rakhine State dan PBB memungkinakn tindakan tersebut sebagai aksi pembersihan etnis Muslim Rohingya. (Foto: AFP)

Tanggapan pasukan keamanan Myanmar terhadap serangan-serangan yang dilakukan oleh Arakan Rohingya Salvation Army telah menyapu secara biadab Rakhine State dan PBB memungkinakn tindakan tersebut sebagai aksi pembersihan etnis Muslim Rohingya. (Foto: AFP)

NUSANTARANEWS.CO – Gerilyawan Rohingya yang serangannya memicu tindakan keras pasukan keamanan Myanamr di negara bagian Rakhine yang kemudian memicu gelombang besar pengungsian mengatakan bahwa gencatan senjata yang ditawarkan mereka telah sampai satu bulan lamanya dan masih menyisakan dua hari. Namun, mereka mengatakan terbuka untuk berdamai jika pemerintah melakukan timbal balik (government reciprocated).

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan melalui akun Twitter-nya, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) mengatakan bahwa gencatan senjata sepihak akan berakhir pada tengah malam pada tanggal 9 Oktober.

“Jeda kemanusiaan dilakukan untuk memungkinkan pelaku kemanusiaan menilai dan merespons krisis kemanusiaan di Arakan (Rakhine),” kata pernyataan tersebut seperti dikutip AFP.

“Jika pada tahap apapun pemerintah Birma cenderung untuk mau berdamai, maka ARSA akan menyambut baik kecenderungan tersebut,” katanya.

Keberadaan ARSA di Rakhine adalah dalih pasukan keamanan Myanmar menyapu secara biadab penduduk Rakhine yang mayoritas dihuni etnis Muslim Rohingya. PBB sendiri menyebut aksi tersebut sebagai sebuah tindakan pembersihan etnis (ethnic celansing) Muslim Rohingya yang memang sudah sejak lama mengalami penganiayaan.

Seperti diketahui, lebih dari setengah juta Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam enam minggu. Ini tercatat sebagai sebuah eksodus terbesar dalam salah satu krisis kemanusiaan paling memilukan di dunia.

Dalam pernyataannya, ARSA mengatakan telah membantu memberikan jalan yang aman kepada para pengungsi yang melarikan diri ke Bangladesh.

Sementara pertumpahan darah tampaknya telah mereda dalam beberapa pekan terakhir. Namun, arus pengungsian warga Rohingya yang dilanda kekerasan terus mengalir ke Bangladesh. Mereka menyusuri wilayah yang dilanda kekerasan tersebut di mana ratusan desa telah menjadi abu karena dibakar.

Pengungsi Rohingya dan kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan keamanan Myanmar aktor di balik pembakaran desa dengan dibantu oleh massa vigilante Buddhis. Namun, pihak pemerintah membantah tuduhan tersebut. Malah, mereka menuduh ARSA sendiri yang membakar rumah-rumah warga dengan menggalang dukungan global. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version