Irak Dihapus dari Kebijakan Pelarangan Masuk Amerika Serikat

Donald Trump/AP Photo/Evan Vucci

Donald Trump/AP Photo/Evan Vucci

NUSANTARANEWS.CO – Di awal kepemimpinannya, Donald Trump membuat kebijakan mengejutkan banyak pihak. Presiden Amerika Serikat ke-45 ini melarang tujuh negara berkunjung ke AS karena dirinya hendak membuktikan bahwa semboyannya ‘America First’ bukanlah hanya retorika belaka. Adapun ketujuh negara yang dilarang tersebut adalah Iran, Irak, Suriah, Sudan, Libya, Yaman, dan Somalia.

Bisa dibilang, semboyan ‘America First’ adalah sinyalemen Trump ingin mengembalikan rasa nasionalisme warganya karena memang demikianlah salah satu platform partai politiknya Republikan yang sukses mengantarkan pengusaha kaya raya itu duduk di Gedung Putih.

Kebijakan Trump terkait pelarangan imigran ketujuh negara tersebut masuk ke AS sontak membuat publik terperanjat. Tapi itulah Trump, dengan alasan hendak melindungi warganya dari ancaman ISIS ia kukuh mengeluarkan kebijakan tersebut. Lagi pula, ISIS tengah eksis-eksisnya sejak beberapa tahun belakangan, terutama pasca dimulainya The Arab Spring yang hingga kini telah ‘berhasil’ meluluhlantakkan kawasan Timur Tengah.

Namun, baru-baru ini kabar baik menyambangi Irak. Irak adalah salah satu dari tujuh negara yang dilarang masuk ke AS. Senin (20/3/2017) kemarin, Trump menyatakan penghapusan Irak dari daftar negara yang dilarang berpejalanan ke AS. Kabar ini disambut gembira oleh Perdana Menteri Irak, Haider Al-Abadi seperti dilansir Reuters.

Sekadar informasi, pelarangan negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim terutama dari Tanah Arab sebenarnya bukanlah perkara baru. Sebab, sejak serangan 9/11 tahun 2002 silam, Presiden AS George Walker Bush juga melakukan kebijakan serupa bahkan lebih ganas dengan menuding Islam merupakan aktor di balik serangan mematikan di WTC dan Pentagon.

Bahkan hampir satu bulan setelah serangan 11 September 200, AS lalu membidik Afghanistan untuk dilakukan invasi dengan dalih memburu para teroris khususnya Taliban dan Al-Qaeda. Pada tanggal 20 Maret 2003, pasukan pimpinan AS menyerbu Irak dari Kuwait untuk menggulingkan Saddam Hussein. Upaya pimpinan Amerika menghancurkanr militer Irak dan menggulingkan Saddam dari kekuasaan dalam hanya rentang seminggu. Dan sejak saat itu, Irak menyisakan puing-puing bangunan dan kehidupan sosial politik nyaris hancur lebur, sementara teroris yang dimaksud AS tidak terbukti dan tidak pernah habis bahkan sampai saat ini. Miris, korban jiwa dari warga sipil diyakini tewas puluhan ribu orang. Sedangkan 8.000 tentara AS dan sekutu tewas sejak konflik di Irak dan Afghanistan.

Untuk itu, sekurang-kurangnya AS harus menanggung beban moral tak terhingga khususnya di Irak. Jika dicermati, boleh jadi inilah salah satu alasan krusial Trump mencabut larangan warga Irak berpejalanan ke AS dan Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi pun lalu berterima kasih kepada Trump.

Lebih-lebih Haider sendiri menegaskan bahwa Irak juga bertekad menjalin kerjasama yang erat dan kuat dengan AS guna memerangi ISIS. Bahkan Haider mengatakan pihaknya tengah berusaha mengalahkan ISIS yang telah merebut daerah yang merupakan bagian dari wilayah Irak. Haider dan Trump dalam mencabut kebijakan ini mengadakan pertemuan di Gedung Putih untuk pertama kalinya.

Kedua pemimpin itu duduk bersama di Gedung Putih untuk pertama kali sejak Trump menjabat pada 20 Januari. Abadi berusaha mencoba mengalahkan ISIS, yang merebut bagian dari wilayah Irak. Alhasil, berkat permohonan Haider Trump berubah pikiran lantas mencabut kebijakannya tersebut terhadap Irak.

Setelah menerima permohonan Abadi, Trump memutuskan mengubah kebijakannya pada bulan ini agar untuk sementara waktu, larangan masuk wisatawan dari beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim tidak berlaku bagi warga Irak karena mempertimbangkan hubungan kerjasama negara itu dengan Amerika Serikat.

“Saya berterima kasih karena telah menghapus Irak dari keputusan presiden tersebut. Ini bentuk tanggapan positif atas permintaan warga Irak dan untuk jalinan hubungan lebih baik Amerika Serikat dengan Irak,” kata Abadi kepada Trump dalam pertemuan keduanya di Gedung Putih.

“Ini pekerjaan yang sangat berat. Tujuan utama kami adalah bahwa kita harus bersama-sama menyingkirkan ISIS. Pasti, kita akan menyingkirkan mereka. Dan saya tahu tentara anda telah berjuang keras dan sekuat tenaga di Mosul (melawan ISIS),” kata Trump menanggapi Haider.

Penulis: Eriec Dieda

Exit mobile version