Interaksi Human dengan Machine Tanda Dimulainya Era Industri 4.0

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto, serta Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat melihat produk yang dihasilkan saat meninjau pabrik Cairan Obat Dalam (COD) Sido Muncul di Ungaran, Jawa Tengah, 25 Oktober 2018. (FOTO: Humas Kemenperin)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Dito Ganinduto, serta Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat melihat produk yang dihasilkan saat meninjau pabrik Cairan Obat Dalam (COD) Sido Muncul di Ungaran, Jawa Tengah, 25 Oktober 2018. (FOTO: Humas Kemenperin)

NUSANTARANEWS.CO, Semarang – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, era industri 4.0 ditandai dengan dimulainya interaksi antara human dengan machine, kemudian machine to machine communication, serta teknologi artificial intelligence, yang dapat meningkatkan efisiensi.

“Kalau di berbagai sektor industri, efisiensi ini bisa mencapai 99 persen,” ungkap Menperin Airlangga pada peresmian Pabrik Baru Tolak Angin Cair PT. Sido Muncul di Semarang, Kamis (25/10/2018).

Saat ini, kata dia, industri obat tradisional tengah diprioritaskan pengembangannya agar bisa menjadi sektor unggulan dalam memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Hingga kini, terdapat 1.247 industri jamu yang terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan selebihnya termasuk golongan Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT),” urainya.

Menurut Menterin, industri obat tradisional telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15 juta orang, di mana tiga juta orang di antaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetika, spa, dan aromaterapi.

“Salah satu andalan di industri 4.0 adalah sektor farmasi, kimia dan biokimia. Kelompok industri tersebut masuk dalam klaster wellness, yang sekarang jadi andalan beberapa negara besar seperti Jepang dan Korea, yang juga meliputi industri herbal, jamu dan kosmetika,” paparnya.

Di Indonesia, kata dia, industri kosmetika merupakan sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan pesat lantaran di dukung pasar domestik yang besar. “Industri kosmetika di dalam negeri, tumbuhnya double digit,” ujar Airlangga.

Sementara industri farmasi juga berpotensi tumbuh signifkan, terutama karena adanya program BPJS yang jumlah pesertanya lebih dari 180 juta orang. “Apalagi, jika didukung dengan adanya big data, bagi perusahaan seperti Sido Muncul ini bisa berpotensi tumbuh tinggi,” imbuhnya.

Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif agar geliat industri semakin bergairah dengan melakukan peningkatan investasi maupun ekspansi di Indonesia. Ini sekaligus mendongkrak daya saing industri obat tradisional supaya menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Produknya tradisional, tetapi prosesnya sudah modern,” jelas Menperin. Contohnya, kata dia, PT. Sido Muncul yang telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sehingga menjadikannya sebagai pabrik jamu pertama di Indonesia yang sudah berstandar farmasi.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Exit mobile version