Su-57 adalah jet tempur generasi kelima pertama Rusia yang dirancang oleh Sukhoi Design Bureau melalui program PAK FA (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation) sebagai platform multiperan dengan fokus utama pada superioritas udara.
Oleh: Agus Setiawan
Meningkatnya ancaman di kawasan Asia-Pasifik, ketegangan Laut Cina Selatan, dan situasi geopolitik global yang berada diambang batas Perang Dunia III – menuntut Indonesia segera memperkuat pertahanan negaranya di semua matra dengan alutsista modern yang mumpuni. Salah satu pilihan bagi TNI AU adalah jet tempur generasi kelima dengan kemampuan superioritas udara.
Su-57 menjadi pilihan menarik karena kemampuan multiperan dan daya serangnya yang mumpuni, disamping faktor harga yang lebih rendah tentunya dibandingkan F-35 buatan Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, prototipe pertama Su-57 atau T-50 terbang perdana pada tahun 2010. Dan setelah bertahun-tahun mengalami pengujian dan revisi akhirnya jet tempur multiperan canggih dengan kemampuan stealth ini akhirnya memasuki layanan resmi militer Rusia pada 2020.
Dengan desain aerodinamis yang inovatif, Su-57 memiliki keunggulan dalam pertempuran jarak dekat (dogfight) terutama berkat teknologi vektor dorong 3D yang memungkinkannya melakukan manuver ekstrem, termasuk supermanuver seperti kulbit (somersault loop).
Ditenagai mesin AL-41F1 (dan mesin Izdeliye 30 di masa depan), Su-57 dapat melesat dengan kecepatan supersonik tanpa afterburner (Mach 1.3 hingga Mach 1.6), sehingga selain menghemat bahan bakar, juga dapat memberikan elemen kejutan taktis dalam pertempuran udara.
Desain pesawat, lapisan material penyerap radar (RAM), dan perangkat perang elektronik menambah keunggulan jet tempur ini dalam menghindari deteksi radar musuh. Keunggulan lain adalah sistem radar AESA N036 Byelka yang membuat Su-57 mampu mendeteksi multipolaritas target (lebih dari 60 target) pada jarak 400 km serta sistem IRST (Infrared Search and Track) yang memberikan kemampuan untuk mendeteksi pesawat siluman lawan.
Su-57 memiliki perangkat Perang Elektronik canggih yang dikenal sebagai L402 “Himalayas”. Sistem rancangan Concern Radio-Electronic Technologies (KRET) ini mengintegrasikan kemampuan perlindungan elektronik, penyerangan elektronik, dan pengacakan sinyal musuh yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola fungsi perang elektronik secara otomatis – termasuk mengintegrasikan perangkat perang elektronik canggih lainnya dalam medan yang penuh ancaman.
Menariknya lagi, selain diintegrasikan dengan Kecerdasan Buatan (AI), Su-57 memiliki Wingman drone tempur seperti S-70 Okhotnik-B Kolaborasi ini memungkinkan Su-57 melakukan serangan jarak jauh dan mengurangi risiko bagi pilot dalam situasi berbahaya.
Sejauh ini, Rusia berencana akan memproduksi lebih dari 70 unit Su-57 untuk Angkatan Udaranya dan varian ekspor berkode Su-57E yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya. Penawaran menarik varian ekspor ini adalah kemampuan integrasi senjata hipersonik generasi baru untuk meningkatkan daya serangnya baik terhadap target darat, laut, maupun udara. Berikut berbagai jenis senjata modern yang diusung Su-57:
1. Air-to-Air Missiles: R-77M (RVV-SD). Rudal berpemandu radar dengan jangkauan hingga 110 km yang dapat menghancurkan target berkecepatan tinggi, termasuk pesawat siluman; R-37M (AA-13 Arrow). Rudal jarak jauh berkecepatan hipersonik (Mach 6) dengan jangkauan lebih dari 300 km yang sangat efektif melawan AWACS, tanker udara, dan target besar lainnya; K-74M2 merupakan versi modern dari R-73 yang dirancang untuk pertempuran jarak dekat; dan R-77-PD versi upgrade dari R-77.
2. Air-to-Ground Missiles Kh-59MK2 adalah rudal jelajah siluman presisi dengan jangkauan hingga 300 km; Kh-38M untuk target bergerak; Rudal anti-kapal jarak jauh Kh-35UE; dan rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal (Mach 10) dengan jangkauan hingga 2.000 km.
3. Air-to-Surface Weapons seperti bom presisi GLONASS-Laser (KAB-500 dan KAB-1500); FAB-500 M62 bom gravitasi serbaguna dengan daya ledak tinggi.
Kemungkinan Indonesia Memiliki Su-57
Sebagai negara berkembang dengan ambisi modernisasi pertahanan masa depan, Indonesia layak mempertimbangkan jet tempur generasi kelima ini mengingat TNI AU sudah berpengalaman menggunakan teknologi Rusia seperti Sukhoi Su-27, Su-30, dan Su-35 (yang tertunda karena tekanan sanksi CAATSA).
Meskipun belum pasti, Su-57 adalah salah satu pilihan yang layak dipertimbangkan untuk mempercepat modernisasi alutsista di tengah memanasnya situasi geopolitik global belakangan ini. (*)