NUSANTARANEWS.CO – ICMI, Terrorist Has No Relegion. Keberadaan terorisme jangan sampai dianggap serta dipersepsikan keliru karena ini merupakan masalah yang serius. Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie bahkan berujar, “Terorist has no religion, terrorist believe in no god, tidak percaya tuhan, hanya percaya dirinya sendiri,” kata dia di Jakarta, Kamis (7/7/2016).
Komentar Jimly ini berkaitan dengan teror bom bunuh diri di sejumlah kota di Arab Saudi, dan juga di Indonesia, Solo beberapa waktu lalu. Dia menyebutkan bahwa aksi itu merupakan bentuk terorisme. Peristiwa teror itu, kata dia, merupakan akibat kesalahan seseorang dalam memahami agama sehingga melakukan aksi teror.
Aksi bunuh diri, termasuk dengan bom, dinilai mantan ketua MK sama sekali tidak dibenarkan oleh agama apapun alih-alih masuk surga seperti yang sering kali dijadikan dalih para pelaku bom bunuh diri selama ini. Baca juga: Asumsi Terorisme Semakin Mematikan
“Bunuh diri itu tidak halal. Kalau mau masuk surga mari bareng-bareng mengajak orang dengan cara baik. Surga di akhirat itu harus digapai dengan terlebih dulu menggapai surga dunia,” jelas Jimly.
Sebaliknya, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu ini juga berujar para pelaku aksi bunuh diri justru akan masuk neraka. Dia menolak tentang anggapan mati syahid yang selama ini juga kerap dijadikan alasan para pelaku. Menurut Jimly, mati syahid dengan cara bunuh diri hanyalah kesimpulan manusia belaka. Sehingga, dia meminta para pemuka agama menyebarkan kepada masyarakat luas tentang pemahaman bahwa bunuh diri bukan mati syahid melainkan masuk neraka.
Baca: Istilah “Terorisme” di Waktu yang Berbeda
“Menurut saya pribadi pikiran mati syahid dengan bunuh diri itu hanya kesimpulan manusia. Bunuh diri tidak bisa membawa orang menjadi syahid, tapi hanya akan masuk neraka,” terang dia.
Lebih lanjut, Jimly menyimpulkan bahwa tindakan kekerasan serta tragedi kemanusiaan semata hanya berlandaskan motif politik belaka. Menurutnya, hal itu tidak ada hubungan sama sekali dengan agama karena, kata dia, seseorang yang memahami agama tidak mungkin membenarkan tindakan kekerasan, termasuk dalam menyelesaikan suatu persoalan.
“Kita ingatkan tokoh-tokoh politik seluruh dunia jangan pernah lagi membenarkan tindak kekerasan yang memicu kekerasan lain,” tandasnya. (Red/Sego)