Puisi Moh. Romli
IBU, KINI TANGISAN TELAH DIMULAI
Di malam ke dua puluh dua Ramadhan
banyak hal yang membuatku terhanyut dalam perih,
perihal hujan, gubuk tua, juga remah yang berlatu.
Hal yang sangat ku khawtirkan ketika hujan bertalu
merubungi gubukmu yang hanya berdiri dengan doa-doa.
Ibu, kini tangisan telah di mulai
Gerimis dan hujan mengabarkan duka,
kilatan dan gelagarnya meraungkan tangismu.
Sementara aku hanya bisa terus berusaha untuk segera pulang,
namun waktu saja yang belum beri aku jalan.
Ibu, saat ini kita terpisah jarak dan waktu.
mungkin ini salah satu cara Tuhan untuk mengajariku
supaya lebih mensyukuri dan memahami sebuah arti kebersamaan.
Percayalah Tuhan takkan pernah dusta pada setiap doa hambanya
perpisahan itu hanya permainan waktu. Untuk kita dapat menikmati rindu.
Meski tak semahir mamak menjagamu
namun aku tetap anak laki-laki yang telah tuhan kirimkan untukmu
untuk menjadi pengganti mamak yang telah lama menjadi ke abadian.
Aku anak laki-laki yang di tinggal pergi untuk menjagamu.
Itu sebabnya waktu memaksaku untuk belajar.
Belajar untuk bisa meneduhkanmu di saat hujan,
belajar menaungimu saat matahari geram.
Seperti yang mamak lakukan dulu semasih bersama kita.
Jakarta 17 Juni 2017.
Moh. Romli, lahir di Bicabi, Dungkek, Sumenep Madura, 12 Januari 1995. Bergiat di Sastra Gubuk Reot Dungkek Pesisir Sumenep. Kini sedang menebus takdirnya di Jakarta. Kumpulan puisi terbarunya: Hikayat Cinta (2017). Karya-karyanya dimuat di sejumlah media cetak/daring di antaranya: Haluan, Medan Bisnis, Riau Realita, NusantaraNews.co, Go Cakrawala, Buana Kata, Satelit Post, Radar Banyuwangi Dll.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com