NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Putra Sang Fajar alias Soekarno lahir tanggal 6 Juni 1901. Anak yang lahir dari rahim seorang perempuan bernama Idayu ini kelak dikenal sebagai pembaca teks Proklamasi Kemerdekaan.
Soekarno yang populer dengan sebutan Bung Karno ini juga dikenal sebagai sosok pemikir humanisme. Bahkan, dapat disebutkan pemikiran nasionalismenya berpijak pada humanisme. Akan tetapi, pemikiran humanis inilah yang jarang dibicarakan publik.
Telaah: Ngaji Bangsa, Ngaji Negara Kepada Putra Sang Fajar
Humanisme Soekarno salah satunya tercermin dalam salah satu sila yang diusulkan oleh Bung Karno sebelum akhirnya Pancasila yang dikenal bangsa Indonesia kini ditetapkan sebagai dasar negara.
Terkait humanisme Presiden Republik Indonesia Pertama tersebut, Ketua Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Chrisman Damanik secara khusus mengingatkan kita bahwa, Bung Karno identik dengan pemikiran yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme.
Simak: Sudirman Said: Bung Karno Cermat Mengelola Negara dan Keberagaman
“Pancasila yang digali Bung Karno dari bumi pertiwi Indonesia, di dalam nilainya jelas memuat nilai kemanusiaan. Bahkan tegas disampaikan nasionalisme Indonesia itu di dalamnya ada kemanusiaan. Sehingga nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang bersanding dengan nilai atau paham kemanusiaan,” terang Chrisman kepada Nusantaranews.co, Selasa (6/6/2017) malam.
Namun demikian, melihat kondisi kebangsaan Indonesia kini, pihaknya sangat menyayangkan kenyataan yang ada. Ia mencontohkan tindak korupsi yang dilakukan oleh anak-anak bangsa Indonesia sendiri.
Telaah: Eva Sundari: Definisi Bangsa Soekarno Merujuk Filsuf Descartes
Menurutnya, fenomena ini termasuk bagian dari kelompok musuh bangsa Indonesia seperti yang dinyatakan oleh Bung Karno puluhan tahun silam.
“Itu menjadi suatu hal yang menurut saya terjadi. Sebab hari ini misalnya banyak anak bangsa yang menjabat, korup dan menyebabkan negara menjadi kehilangan kekayaan, baik kekayaan alam dan kekayaan lainnya. Belum lagi adanya anasir-anasir yang membenturkan sesama anak bangsa dan anasir-anasir yang mencoba mengganggu kebhinekaan di Indonesia,” urai Chrisman Damanik.
Simak: Susaningtyas: Soekarno Meramalkan, Musuhmu Kelak Bangsamu Sendiri
Untuk diketahui, gagasan humanisme Bung Karno dengan mudah ditemui dalam pelbagai karya tulis dan tindakannya. Konkretnya, dalam tulisan-tulisan Bung Karno antara tahun 1926 hingga awal 1960-an, kental dengan argumen-argumen humanistik yang kuat dan konsisten.
“Buat saya, maka cinta saya pada tanah air itu, masuklah dalam cinta pada segala manusia. Saya ini seorang patriot, oleh karena saya manusia dan bercara manusia. Saya tidak mengecualikan siapapun juga,” tulis Bung Karno di Harian Suluh Indonesia Muda, 1926.
Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman