Berita UtamaHeadlineHot TopicTerbaru

Sudirman Said: Bung Karno Cermat Mengelola Negara dan Keberagaman

Mantaran Menteri ESDM Sudirman Said. Foto Richard Andika/ NUSANTARAnews
Mantaran Menteri ESDM Sudirman Said/Foto: Richard Andika/NUSANTARANEWS

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Memperingati hari lahirnya Presiden RI pertama Soekarno yang ke-116, perjalanan berbangsa dan bernegara kini tengah berada dalam situasi tidak baik. Situasi ini sebetulnya sudah diramalkan Soekarno jauh hari, dan bisa dikatakan ramalan tersebut benar-benar terjadi.

Suhu politik panas tak menentu arahnya, berbagi jabatan untuk menumpuk kekayaan, dan ketimpangan ekonomi yang sudah berada pada titik mengkhawatirkan seolah sebagai pertanda bahwa ramalan Soekarno itu semakin mendekati kenyataan.

Telaah: Eva Sundari: Definisi Bangsa Soekarno Merujuk Filsuf Descartes

Kegaduhan masih terus berlangsung. Menguatnya isu suku, ras dan agama (SARA), isu radikalisme, terorisme serta komunisme muncul dalam rentang waktu yang reletif bersamaan membuat energi bangsa Indonesia terus terkuras. Belum lagi sikap fanatisme berlebihan yang membuat sesama anak bangsa saling menebar ancaman permusuhan dan pertikaian.

Belum lagi soal merebaknya kelompok yang cenderung hendak menyelamatkan diri dengan cara menumpuk harta benda dan memonopoli kekayaan. Kesemunaya berakumulasi lalu memunculkan konflik horizontal yang terus mendera bangsa Indonesia.

Baca Juga:  Wacanakan Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024, Golkar Sebut Ganjar Kurang Legowo

Baca: Konsensus Spirit Bangsa ala Soekarno

Memperingati hari lahirnya Soekarno, mantan Menteri ESDM yang menjabat pada 2014-2016, Sudirman Said mengatakan bahwa para pemimpin masa kini dan masa mendatang harus mampu menterjemahkan paham kebangsaan dalam konteks kekinian.

“Cara mengelola keberagaman bangsa hari ini dan ke depan akan jauh lebih kompleks dari pada di masa lalu. Sayangnya, tingkat kecanggihan dalam mengelola negara sedang mengalami penurunan drastis. Terlalu banyak norma-norma luhur yang diabaikan dan kita sedang diuji oleh pragmatisme yang akut,” ujar Sudirman kepada Nusantaranews, Selasa (6/6/2017).

Simak: Susaningtyas: Soekarno Meramalkan, Musuhmu Kelak Bangsamu Sendiri

Konsep bangsa dengan konteks kekinian, kata dia relevansi masih tetap ada, hanya konteksnya sudah berbeda.

“Yang saya pahami Bung Karno amat gandrung pada persatuan dan kesatuan, amat cermat mengelola keberagaman, dan memiliki diksi yang mengayomi seluruh elemen bangsa,” jelasnya.

Soal visi, Sudirman Said menuturkan Bung Karno adalah seorang yang menyelami literatur yang sangat luas. Menurutnya, dari bacaan yang luas itulah visi tentang sesuatu dilahirkan.

Baca Juga:  Kapolres Sumenep dan Bhayangkari Cabang Sumenep Berbagi Dukungan untuk Anak Yatim di Bulan Ramadan

Telaah: Ngaji Bangsa, Ngaji Negara Kepada Putra Sang Fajar

“Begitupun visi Bung Karno tentang bangsa Indonesia lahir sebagai buah pemikiran yang didasari banyaknya referensi dari ribuan buku yang dibacanya.  Lebih dari itu Bung Karno juga membaca konteks dimana Indonesia ketika itu sedang ‘menjadi’,” urai Sudirman Said.

Pewarta: Richard Andika
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 30