Hadang Paham Radikal, Romahurmuziy Sarankan IPNU Bentuk Korps Muballigh

Romahurmuziy saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, di Balai Desa Karang Ayar, Rabu (19/4/2017). Foto Panitia

Romahurmuziy saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, di Balai Desa Karang Ayar, Rabu (19/4/2017). Foto Panitia

Romahurmuziy saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, di Balai Desa Karang Ayar, Rabu (19/4/2017). Foto Panitia
Romahurmuziy saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, di Balai Desa Karang Ayar, Rabu (19/4/2017). Foto Panitia

NUSANTARANEWS.CO, Purbalingga – Anggota Komisi XI DPR RI Romahurmuziy menegaskan kepada segenap pengurus dan/anggota IPNU untuk mengajak para siswa/i menjadi garda terdepan untuk melawan paham-paham yang mengajarkan perpecahan.

“Paham-paham yang mengajarkan perpecahan tersebut sudah marak terutama di kampus atau lembaga pendidikan. Karena itu IPNU harus nengajak adik adik siswa ini untuk menjadi garda terdepan untuk melawan,” kata Romi saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, di Balai Desa Karang Ayar, Rabu (19/4/2017).

Karena itu, putra pendiri IPNU yakni KH. Prof. Dr. M. Tolchah Mansoer, SH. tersebut menyarankan supaya segera membentuk korps mubaligh untuk menyebarluaskan pemikiran Islam sebagai rahmat seluruh alam.

“IPNU dan IPPNU ajarkan ahlul sunah waljamaah untuk pemula khususnya pada siswa-siswi yang ada di sekeliling tempat anda, menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin,” pintanya.

Ia pun mengimbau, masyarakat khususnya orang tua turut mencegah para pelajar terpengaruh paham yang berkeinginan mendirikan khilafah dengan mengingkari Pancasila. Pancasila telah menjadi kesepakatan pendiri bangsa Indonesia yang salah satu berasal dari Nahdlatul Ulama sehingga mengingkari Pancasila sama saja mengingkari NU.

“Perwakilan NU dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah Kiayi Wahid Hasyim. Membelakangi Pancasila sama saja membelakangi NU dan Kiayi Wahid Hasyim,” ujarnya.

Akhir-akhir ini, tambahnya, perbedaan di antara masyarakat Indonesia menjadi sumber perpecahan padahal sebenarnya menjadi kekuatan untuk bersatu. Karenanya, Romi meminta, jangan menjadikan kebhinekaan sebagai sumber perpecahan karena bangsa Indonesia berdiri berdasarkan perbedaan.

“Sepanjang mengakui bangsa Indonesia maka akan hilang perbedaan karena bangsa kita didirikan diatas perbedaan,” pungkasnya.

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Exit mobile version