Gat Kaleb: Akses Jalan Darat Akan Mengatasi 60 Persen Permasalahan di Krayan

Gat Kaleb: Akses jalan darat akan mengatasi 60 persen permasalahan di Krayan.
Gat Kaleb: Akses jalan darat akan mengatasi 60 persen permasalahan di Krayan, Rabu (19/8). Gat Kaleb, Anggota DPRD, Kabupaten Nunukan (dalam box).

NUSANTARANEWS.CO, Nunkan – Gat Kaleb: Akses jalan darat akan mengatasi 60 persen permasalahan di Krayan. Perbatasan antar negara adalah wilayah yang seharusnya dapat bersaing dengan negara tetangganya, lantaran wilayah perbatasan merupakan ‘wajah’ dari sebuah negara. Untuk itu pembangunan infrastruktur di perbatasan maupun pemberdayaan SDM nya perlu dilakukan.

Namun faktanya, beberapa wilayah perbatasan justru tak ubahnya seperti pedalaman yang baik akses komunikasi maupun akses transportasinya sangat minim sebagaimana yang terjadi di wilayah Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara.

‘Tentu sangat ironis, karena wilayah yang kaya SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) nya yang seharusnya menjadi wajah negara namun sejak Indonesia merdeka kondisinya sangat memprihatinkan,” ujar Gat Kaleb, Anggota DPRD, Kabupaten Nunukan, Rabu (19/8).

Ucapan politisi partai Demokrat tersebut sangat bersalasan. Karena sesuai fakta, diwilayah yang terdiri dari 5 Kecamatan dengan luas 1.837,54 km² tersebut hanya mengandalkan udara dalam akses transportasi. Hal itu lantaran sejak Republik Indonesia berdiri, hingga kini belum ada satupun akses jalan menuju wilayah yang berpenduduk lebih dari 5.000 jiwa itu.

Padahal, ungkap Gat, jalan darat dari Malinau ke Krayan bisa saja segera di sempurnakan apabila memang Pemangku Kebjjakan terutama Pemerintah Pusat benar-benar ingin mewujudkan wilayah perbatasan sebagai beranda dan harga diri negara serta bangkitnya perekonomian masyarakat.

“Saya taksir, paling paling 1 trilun rupiah untuk menyempurnakan jalan darat menuju Krayan. Dengan anggaran itu, sy yakin 60 hingga 70 persen permasalahan di Krayan akan dapat diatasi,” tandasnya.

Gat juga meminta status Taman Nasioanal Kayan Mentarang bukan menajdi alasan Pemerintah dalam mengupayakan terbukanya akses jalan darat menuju Krayan. Karena selama lebar jalan adalah standar, maka tentu tak akan merusak ekosistem hutan.

“Tak sedikit juga taman nasional yang arealnya dilewati jalan raya. Kita jangan lah terjebak pada ketakutan yang tak berasalasan. Kita harus ingat, ada ribuan manusia yang butuh akses transportasi darat di Krayan,” tegasnya.

Justru menurut Gat, adanya akses transportasi darat akan menjadikan Kayan Mentarang tak sekedar Taman Nasional namun juga destinasi wisata. Dan Krayan pun juga dapat menjadi tujuan para pelancong karena alam dan budaya Krayan terbilang sangat eksotik dan natural.

Berbicara mengenai parwisata, apa yang dikatakan Gat tersebut sangat tidak berlebihan. Penilaian tersebut pernah juga disampaikan oleh Budi Faisal, Anggota Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB) dalam acara Focus Discusion Group (FGD)  dengan tema “Peluang dan Tantangan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Perbatasan” di Aula Lantai IV Kantor Bupati Nunukan beberapa waktu lalu.

Budi Faisal menyatakan, keberadaan garam di gunung, padi adan yang hanya tumbuh dan berbuah di wilayah Krayan, serta pola hidup dan sistem bercocok tanam secara alami yang hingga kini dipegang teguh oleh Masyarakat Dayak Lundayeh di Krayan adalah keunikan yang sangat menarik dan belum tentu dimiliki setiap negara.

Ditambah lagi keberadaan beberapa situs kubur batu, serta panorama alam yang asli dan begitu indah merupakan potensi pariwisata yang begitu luar biasa.

“Semua potensi tersebut berpeluang untuk didaftarkan kepada UNESCO untuk ditetapkan sebagai situs warisan dunia (world heritage). Apalagi wilayah Krayan sebagian besar masuk di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM),” katanya. (ES)

Exit mobile version