Garuda Tunda Kedatangan Pesawat Baru, Pakar Penerbangan: Keputusan Baik

Komitmen Kebersamaan untuk Garuda Indonesia yang Lebih Baik. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Komitmen Kebersamaan untuk Garuda Indonesia yang Lebih Baik. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pakar penerbangan Arista Atmadjati menyambut baik keputusan Garuda Indonesia menunda kedatangan 10 pesawat baru yang telah dipesan. Arista menilai langkat yang dipilih Garuda sudah tepat mengingat situasi saat ini Garuda tak memungkinan mendatangkan pesawat di tengah kerugian yang terus diterimanya.

“Keputusan Garuda Indonesia untuk menunda pengiriman lebih banyak pesawat hingga 2019 adalah keputusan yang baik mengingat kondisi pasar masih suram dalam industri penerbangan. Garuda Indonesia juga harus mempertimbangkan untuk merestrukturisasi jaringan rute penerbangannya karena beberapa rute ini merupakan kerugian bagi maskapai,” kata Arista kepada Nusantaranews.co melalui pesan WhatsApp, Selasa, 10 Juli 2018.

Kabar penundaan untuk mendatangkan 10 pesawat baru diungkapkan oleh Direktur Utama Garuda Pahala N Mansyuri. Dirinya mengatakan bahwa sebelumnya Garuda dan Citilink (anak perusahaan Garuda) telah memesan pesawat baru. Rencananya pesawat-pesawat itu akan dikirimkan dalam rentang waktu selama 2017 sampai 2019.

Dengan penundaan ini, menurut Pahala M. Mansury diharapkan national flag carrier yang masuk sebagai lima besar maskapai penerbangan terbaik dunia itu ingin fokus meningkatkan pendapatan perusahaan. Meski demikian, dirinya mengatakan pesanan sejumlah pesawat belum direvisi dan tidak ada rencana untuk diubah. Hanya saja waktu kedatangan lima pesawat telah diubah.

Baca Juga:
Hasil Pertemuan Dirut Garuda, APG dan Sekarga Dinilai Membosankan
Terbitkan Surat Utang Ke Singapura, Ekonom: Nyawa Garuda Diserahkan Ke Pihak Asing
Garuda Dinilai Sengaja Dibuat Merugi, Para Pilot dan Karyawan Pilih Mogok

Sebelumnya pada tahun 2017 Garuda Indonesia Group telah menerima lima pesawat baru (empat dioperasikan oleh maskapai berbiaya rendah Citilink Indonesia, anak perusahaan Garuda Indonesia, dan satu pesawat terbang yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia). Berdasarkan jadwal yang ada Garuda Indonesia akan menerima satu lagi pesawat tahun ini yakni jenis ATR-72. Namun, jika memungkinkan maskapai ini juga ingin menunda pengirimannya.

“Apakah ini masih mungkin? Tergantung pada negosiasi lebih lanjut dengan produsen,” kata Pahala.

Ada dua alasan mengapa Garuda Indonesia ingin menunda pengiriman pesawat baru. Pertama, untuk mengurangi beban pendapatan perusahaan pada tahun 2017 dan 2018. Kedua, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan armada yang ada.

Mansury berharap dengan melihat kondisi pasar membaik selama dua tahun ke depan, Garuda akan membuka peluang untuk mencari ekspansi bisnis yang lebih agresif, misalnya dengan membuka penerbangan domestik dan internasional baru.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda, Helmi Imam Satriyono mengungkapkan, penundaan kedatangan pesawat baru ini memang untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan. “Kami masih diskusi, 10 sudah ok untuk diundur sisanya masih dalam tahap pembahasan,” ujarnya.

Kerugian bersih Garuda Indonesia adalah USD $ 283,8 juta pada semester pertama tahun 2017, sementara pendapatannya naik 7 persen (y / y) menjadi USD $ 1,88 miliar. Kerugian bersih disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk transaksi (senilai USD $ 137 juta) terkait dengan program pengampunan pajak pemerintah, dan denda $ 8 juta yang harus dibayar di Australia setelah dinyatakan bersalah berpartisipasi dalam kartel untuk memperbaiki harga penerbangan kargo. Selain itu, faktor lainnya adalah biaya bahan bakar jet yang juga naik 36,5 persen menjadi USD $ 571 juta.

Namun, pendapatan perusahaan diperkirakan akan membaik di sisa tahun ini, sebagian di belakang peningkatan lalu lintas transportasi pengunjung serta pada langkah-langkah efisiensi (terkait dengan pendanaan, biaya bahan bakar, dan sewa guna usaha). Hal yang positif adalah penumpang udara Garuda Indonesia tumbuh 3,9 persen (y / y) menjadi 17,2 juta pada periode Januari-Juni 2017.

Pada Selasa sore, 1 Juli 2018 saham Garuda Indonesia sekitar 0,50 persen. Sejauh ini, saham perusahaan telah naik 1,78 persen menjadi Rp344 per saham.

Editor: Romandhon

Exit mobile version