FORMAPPI: Akom Terkesan Anggap DPR Sekarang Tidak Bermutu

Lucius Formappi
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Lucius Karus/Foto Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi)  menyambut positif usulan didirikanya sekolah Parlemen oleh Ketua DPR Ade Komarudin. Akan tetapi, kata dia, perlu waktu untuk mengkaji manfaat dari sekolah Parlemen tersebut.

“Rencana yang dibuat tergesa-gesa akan menghasilkan sesuatu yang asal-asalan,” kata Lucius, di Jakarta, Jumat (26/8).

Kemudian, lanjut Lucius, jika sekolah parlemen dimaksudkan untuk mendongkrak kualitas anggota, akan tetapi tetap tak akan efektif bagi DPR periode sekarang. Ia mengibaratkan, Anggota DPR yang sekarang ini sudah lulus dari sekolah ketika disodorkan parpol menjadi caleg. Karena itu, tak tepat jika mereka masih harus disibukkan dengan kegiatan sekolah disaat mereka seharusnya sudah mulai bekerja.

“Ketiga terkesan Akom mengganggap anggota DPR sekarang, tidak bermutu semua, karenanya kinerja DPR juga tak berkualitas. Padahal banyak sekali anggota yang bergelar S2 bahkan Profesor. Mereka-mereka ini jelas punya kemampuan yang memadai,” cibir Lucius.

Menurut Lucius, jika hasil kerja DPR jeblok, bisa jadi tak semata-mata karena kemampuan anggota DPR yang bermasalah. Dalam banyak kesempatan Formappi selalu mengkritik tata perencanaan DPR yang seringkali bombastis. Mereka membuat rencana yang tidak realistis, tidak terfokus dan tanpa arah.

Perencanaan buruk ini, kata Lucius, yang kemudian mengacaukan hasil akhir. “Jadi solusi sekolah parlemen bisa dianggap sekedar proyek saja jika dipaksakan,” tutur dia.

Masalah DPR bukan hanya pada kualitas anggota, tetapi sistem perencanaan yang serampangan membuat DPR bekerja tanpa arah. Selanjutnya, tugas memperhatikan kualitas anggota itu merupakan tanggung jawab parpol masing-masing. Oleh karena itu, penting sekali bagi parpol untuk melakukan penjaringan kader sebelum mengusung caleg.

Caleg yang dipasang menurut Lucius, semestinya sudah harus bisa dijamin kualitasnya. Jangan sampai sudah terpilih jadi anggota baru kebingungan mau bekerja apa.

“Jadi jangan sampai DPR sibuk sekolah lagi dan lupa kalau mereka harus bekerja,” tandasnya. (rafif/achmad)

Exit mobile version