Puisi Nur Ahmad Fauzi FM
Masa depanmu adalah kematian
̶ Hatake Kakashi
meneropong senja lewat lensa usiaku. masih kubopong bopeng luka-lukaku. jalan semakin berliku-liku. liuk-liuk undakan bagai menghempas sendi tulang. dan perjalanan bagai diulang-ulang. lalu berbagai isyarat yang diucapkan guguran daun semakin asing di udara kering. mengiringi goyah langkah-langkahku yang kian patah menatah jejak.
pakaian telah koyak. sepatu sudah robek. rabun mataku masih menerawang cahaya sepia. tapi kantuk ini, ah, semakin menumpuk di pelupuk mata. maka kusandarkan sejenak tubuhku di batang pohon palma. angin berhembus. uban lepas satu-satu, melayang. kupandang matahari yang uzur semakin gugur, semakin tersungkur ke ufuk lubang kubur. lamun semakin lamur. lalu bayanganku melebur dalam malam, seperti doa-doa yang mengabur di diam kalam.
“Allah! apa makna kematian?”
sepi begini. paras pun cemberut. dan maut, ah, diam-diam bagai memata-matai: menyusup ke dalam bayanganku sambil menyembunyikan belati!
Banjarmasin, 3-4 Mei 2017
Nur Ahmad Fauzi FM (nama pena dari Ahmad Fauzi), lahir di Banjarmasin, 28 Juni 1999. Alumni SMA Negeri 1 Banjarmasin. Karya puisinya baru pernah dimuat di sisipan Kakilangit majalah sastra Horison, Buletin Jejak, Poetry Prairie, Riaurealita, Nusantaranews, @Sayap Kata–COMPETER, antologi Lorong Lengang Jalan Pulang (Komunitas Negeri Kertas, Penerbit CV Raditeens), antologi Sajak Hujan Anak Negeri (Penerbit Aksara Aurora Media). Dapat disapa melalui akun facebook: Nur Ahmadfauzifm, atau instagram: ahmadfauzi_mwam_falilv.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.