Episode Koran Zaman Baru

Koran zaman dulu (ilustra). Dok. NusantaraNews.co

Koran zaman dulu (ilustra). Dok. NusantaraNews.co

Puisi Habib Safillah Akbariski

Episode Koran Zaman Baru

 

Sebuah koran di lempar seorang kurir. bersepeda di pagi kabut

Dikabarkan dua juta hektar hutan terbakar

Aku membacanya di teras rumah sambil meneguk segelas kopi yang asap-asapnya mengepul dari hutan-hutan

Di pojok bawah, 10 desa dari dua kabupaten kebanjiran: ratusan rumah terendam sebab hujan tak kunjung reda. aku melihat langit: masih berkabung saja

Di bagian lain seorang istri di bunuh selingkuhan suami: Alangkah lucunya negeri ini!

Lembar berikut adalah lapak-lapak sesak lahan parkir mobilmobil,kavling rumah,warung makan,hotel,atau jajanan obat kuat

Mataku berjalan lalu saja membaca kabarkabar itu: Dari Barat ke Timur: sepenjuru mata angin: Kemacetan, Demo kenaikan sembako—BBM—,Mogok kerja, Politik yang sama panas dengan dua juta hektar hutan terbakar

Dan tangis rakyat membuat banjir bendungan dangkal

Kolomkolom pekerjaan sepi. padahal jutaan sarjana kita bosan cuti panjang sejak hari wisuda

Rubrikrubrik artis foyafoya subur ditanam di pojok utara. padahal jutaan anakanak kita kelaparan

 

Ahhh!

Inilah kemarau panjang. duka tak berkesudahan di negeri ini

Korankoran penuh berita tak mengenakan. sesak pencitraan

 

Inilah zaman baru

A-Z jadi murahan!

Ladangladang puisi kekeringan

Penyairpenyair bisu membela

Sebab semua huruf habis terjual

 

Para pembaca jadi penyakitan. berita penuh gula, micin, asin, keasaman

 

Ahhh!

inilah zaman baru                                                                    Nestapa

inilah zaman baru                                                                    Nestapa

inilah duka baru                                                                      Nestapa

 

Aku tertawa

kopiku tumpah

koran jadi hitam dan basah

lalu ku koyak dan buang ke tong sampah

“Sudah habis episode koran hari ini”

Teras Rumah, 06 Agustus 2017

Habib Safillah Akbariski, Pria kelahiran Bandung, 10 Juni 1999 ini terlahir dengan nama Habib Safillah Akbariski dari rahim orang yang paling dicintainya, Heniar dan lelaki yang bersedia berpeluh untuknya, Otto Rikintara. Secara teknis dibesarkan di Bangka Belitung sejak umur empat tahun dan belajar merantau sejak umur 15 tahun. Sekarang tengah memulai dunia perkuliahan di Prodi Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta: berharap suka dan lulus secepatnya. Info lebih lanjut beliau bisa dihubungi di Hp/Wa: 087797252549 dan aktif bersosial media di FB: Habib Safillah, Ig: Habibsafillah. Beberapa karyanya disemayamkan di habibsafillah.tumblr.com dan di tempat yang ia kehendaki.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version