Puisi Fitriawan Nur Indrianto
Dukaku Menari
Dukaku menjelma laron sulung yang beterbangan di tengah gerimis sepanjang petang
menari dengan sampur rupa sayap abu abu diantara keremangan cahaya matahari palsu yang menyala dalam bola lampu
Tiada lagi yang bisa
membedakan antara gerimis dan airmata
Sebab segala di luaran menjelma cicak yang menempel
pada dinding dan tiang lampu
sementara suara adzan yang kumandang pecah di tengah udara yang beku
Dukaku menari dalam petang
dengan sampur rupa sayap warna abu abu
diiringi irama gerimis dan suara adzan yang beku dan pecah dalam dadaku
Merindu Kekasih (1)
Seorang anak marah pada orangtuanya setelah mengintip dari balik selimut
sebab bukan Yesus Kristus atau Santa Claus yang datang di akhir bulan Desember tapi bapak yang diam diam menyelinap dengan kostum samaran
Dibuangnya kado yang dimasukan dalam kaos kaki warna merah itu
Dipeluknya salib Yesus
Dikuncinya pintu kamar
Pagi pagi benar sesosok malaikat
menyelinap masuk ke dalam rumah
menyelipkan Yesus Kristus ke dalam dada bocah kecil itu
Sebagai kado terindah di hari natal
2017
Merindu Kekasih (2)
Telah datang padamu satu manusia modern dari jenis paling purba diambil dari spesiesmu sendiri yang kau lupa bagaimana caramu menirukannya
Lalu kau bergegas masuk ke padang rumput tapi tak pernah kau belajar jadi gembala
Di sebuah padang yang hijau
kau menjelma pemburu paling garang
seolah olah kau adalah serigala
yang selalu menjulurkan lidahnya sembari mengejar ngejar rusa dan nusia
Di sebuah mata air yang jernih
kau telah benar benar kehausan
Kau teguk air itu sampai kering
dan seekor unta yang lewat di depanmu berjalan dengan wajah menunduk
Lihat! Domba domba itu telah tergeletak mati kelaparan
tapi kau masih terus berjalan
memacu kuda perang sembari mengacungkan pedang
sementara burung elang senantiasa setia mengintaimu dari kejauhan
Telah datang padamu satu manusia modern dari jenis paling purba diambil dari spesiesmu sendiri tapi kau lupa bagaimana caramu menjadi seperti dirinya
Fitriawan Nur Indrianto, Lahir di Yogyakarta, 27 Mei 1987. Menyelesaikan pendidikan pascasarjana di program studi Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya UGM. Bersama dua sahabatnya, Ramayda Akmal dan Asef Saeful Anwar menerbitkan antologi puisi Angin Apa Ini Dinginnya Melebihi Rindu (2015). karya-karyanya yang lain dapat ditemukan di surat kabar cetak dan online serta sejumlah buku antologi bersama.