Dorong Perekonomian Petani, Kemenperin Bersama Bupati Muara Enim Tandatangani MoU

Haris Munandar dan Bupati Muara Enim Muzakir Sai Sohar menandatangani MoU/Foto: Dok. Biro Humas Kemenperin

Haris Munandar dan Bupati Muara Enim Muzakir Sai Sohar menandatangani MoU/Foto: Dok. Biro Humas Kemenperin

NUSANTARANEWS.CO – Langkah Kemenperin memacu kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada industri kecil dan menengah (IKM) berbasis produk karet juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemangku kepentingan terkait. Khususnya pemerintah daerah dalam upaya penerapan teknologi, peningkatan produktivitas, dan penciptaan inovasi. Misalnya, seperti di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar mengatakan, hal tersebut perlu adanya komitmen bersama antara Bupati Muara Enim dengan Kemenperin untuk mengawali kerja sama penumbuhan IKM berbasis produk karet. Adapun caranya, dengan penandatanganan MoU tentang Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan Teknologi Industri Hilir antara Kepala BPPI Kemenperin Haris Munandar dengan Bupati Muara Enim Muzakir Sai Sohar.

Pada prinsipnya, penandatanganan MoU tersebut untuk meningkatkan konsumsi karet. Maka dalam upaya peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri, Kemenperin mendorong kemampuan industri nasional dalam menyerap karet alam. Pasalnya, konsumsi karet alam yang saat ini sebesar 580 ribu ton per tahun masih berpotensi untuk ditingkatkan.

“Langkah yang perlu dilakukan untuk mendukung penyerapan karet alam, antara lain melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet serta menciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional,” kata Kepala BPPI Kemenperin Haris Munandar dalam keterangan pers Juma’at, (21/10).

Selain itu, lanjut Haris, program peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu diiringi dengan sustainability dan pengembangan industri existing. Salah satunya adalah industri ban, sebagai sektor yang menyerap 45 persen atau sekitar 270 ribu ton dari total konsumsi karet alam dalam negeri.

“Saat ini, produk ban merupakan salah satu komoditi andalan ekspor dengan 70 persen total produksi diperuntukkan bagi pasar ekspor dan nilai ekspor mencapai USD 1,5 miliar per tahun,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Muzakir mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet seperti mendongkrak produktivitas lahan karet melalui revitalisasi kebun, intensifikasi atau rehabilitasi tanaman, maupun peminjaman modal untuk pembibitan karet.

“Peningkatan produktivitas kebun sangat penting, akan tetapi dirasakan tidak berdampak ekonomi yang signifikan secara langsung oleh petani,” terang Muzakir.

Oleh karena itu, kata Muzakir, perlu adanya intervensi teknologi di level petani karet yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya.

“Saat ini, intervensi teknologi pada level petani kebun bukan lagi pengembangan dan peningkatan produktivitas lahan dengan klon tanaman baru, akan tetapi harus difokuskan pada inovasi penciptaan wirausaha mandiri yang berbasis lateks kebun maupun karet alam,” tutur dia.

Lebih lanjut, Muzakir menjelaskan, Muara Enim merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan luas daerah sekitar 7,300.50 km2.  Saat ini, Kabupaten Muara Enim menyumbang produk perkebunan utama yaitu kopi, karet dan kelapa sawit untuk wilayah Sumatera Selatan dengan luas areal perkebunan hampir 198.355 Ha.

“Hasil produksi karet di perkebunan Kabupaten Muara Enim mencapai sekitar 180,000 ton/tahun, sementara untuk Provinsi Sumatera Selatan adalah 1,2 juta ton. Komoditi karet sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat atau 90 persen dari luas lahan perkebunan dengan hasil produksi berupa bahan olah karet, lump mangkok, sit angin, slab tebal dan slab tipis,” paparnya menandaskan. (Riskiana/Red-02)

Exit mobile version