NUSANTARANEWS.CO – Badan Pusat Statistik membukukan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2016 sebesar 5,02% (year-on-year) atau menurun dari kuartal sebelumnya yang berada di level 5,18%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan produk domestik bruto (PDB) masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif ke 5,01% (yoy) dengan share 55,32%, sementara konsumsi pemerintah tumbuh negatif di level -2,97%.
Suhariyanto mengatakan konsumsi pemerintah mengalami perlambatan karena realisasi belanja pegawai yang melemah. Hal itu disebabkan oleh distribusi gaji ke-13 aparat pemerintah berada di kuartal II/2016, sedangkan tahun sebelumnya berada di kuartal III/2016. Selain itu, belanja barang oleh pemerintah juga menurun.
“Ini lebih kepada distrubusi kuartalan. Gaji ke-13 sebelumnya jatuh ke kuartal III, sekarang di kuartal II. Selain itu, juga ada penurunan realisasi belanja barang,” katanya, di kantornya, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Realisasi belanja pemerintah pada kuartal III/2016 sebesar Rp439,73 triliun atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp484,78 triliun.
Dari total PDB kuartal III/2016 sebesar 5,02%, konsumsi rumah tangga jadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan andil 2,70%. Sementara, pembentukan modal tetap bruto menjadi urutan kedua dengan share 1,30%.
Dibandingkan dengan negara lain, Suhariyanto menyatakan PDB domestik masih kuat di tengah situasi global yang belum stabil. China pada kuartal yang sama tumbuh stagnan di 6,7%, Singapura melambat dari 2,0% menjadi 0,6%. Hal yang sama juga terjadi di Korea Selatan yang mana pertumbuhan ekonominya hanya 2,7% dari 3,3%, sementara Amerika Serikat menguat menjadi 1,5%.
“Global masih belum stabil. Ada beberapa negara naik tapi ada yang pertumbuhannya stagnan dan menurun sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi tidak merata,” ujarnya. (Andika)