Puisi Rudi Fahrizal Putra
Bisikan
Semuanya telah memudar
semenjak iblis membisiki sesuatu
di telinga
Dan itu berubah menjadi puisi.
Puisi yang kurayakan di awal-awal
pagiku, bersama ratusan lilin yang
tidak lagi bercahaya
Esok hari dari dalam diriku
berpancar sinar kebiruan yang
mengundang kupu-kupu di jantung
hati wanita bertamu
melihat bunga merekah di mataku
Terkadang, kesenangan dan kesedihan
datang silih berganti
Dan celakanya, aku tidak lagi dapat
membedakan keduanya.
Bunga di mataku yang mekar
dan keindahan yang datang
seumpama surga
semuanya adalah rayuan iblis
yang menyenangi hatinya dengan
dunia
Mungkin aku pun akan ikuti maunya
sebab ia membisikkan puisi-puisi
yang membuatku jatuh cinta
Suatu hari nanti, di saat aku
tidak lagi mengenal dunia
terlepaslah ikatan itu
dan matilah iblis yang bersemayam
di hatiku semenjak aku membuang hari-hari
penuh derita
Tepatnya di hari aku tahu
ada sesuatu yang asing dari
dalam diriku.
Indahmu
Manis bibirmu mengajarkanku
tentang keindahan
Seperti sekuntum bunga yang dihinggapi
kupu-kupu
Oh, akankah awan yang di sana memancarkan
sinar yang ia sembunyikan
Aku berlari dalam gelap, karena kau pun
sembunyikan rahasia hatimu
Ingin sekali kujelang petang
Berharap Tuhan anugerahkanku
tanah berhujan
ialah rumah tempat kutitipkan
segala duka
Dan akan kutinggalkan tanah gersangku
tanpa kabar kepada orang-orang
mengusik telinga
Sembari menunggumu bersama
sekuntum mawar merah
Merekahkan hatimu
hingga kutunggu kata cinta
keluar dari bibir manismu yang kupuja.
Rudi Fahrizal Putra, puisinya masuk dalam antologi puisi bersama, Ketika Senja Mulai Redup, 2015. Saat ini masih tercatat sebagai mahasiwa semester IV jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com