Angkatan Laut China Latihan Perang di Samudra Hindia

(Foto: Chairman of the Joint Chiefs of Staff)

NUSANTARANEWS.CO – Media pemerintah China melaporkan bahwa Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) mengadakan latihan militer langka di Samudra Hindia bagian barat pekan lalu. Latihan ini dilakukan agar armada bisa lebih siap dalam situasi tempur yang sesungguhnya.

Dilansir Sputnik, tiga kapal China, pesawat tempur peluncur rudal Jingzhou, kapal perusak rudal Chaohu dan kapal perusak Changchun, ikut ambil bagian dalam latihan tersebut.

“Melakukan penyergapan melawan kapal permukaan musuh dan melengkapi pengisian bahan bakar dan air minum secara melintang selama latihan yang berlangsung selama beberapa hari,” tulis kantor berita China Xinhua.

Manuver tersebut terjadi tepat setelah China dan India menyelesaikan kebuntuan mereka di Himalaya di dataran tinggi Doklam, yang melihat angkatan bersenjata kedua negara menghadapi perbatasan yang disengketakan,dan saat Beijing membuat basis pangkalan militer Djibouti, instalasi angkatan laut luar negeri pertama di negara tersebut. .

Chen Denan, kepala staf armada China, menjelaskan bahwa latihan ditujukan untuk memperbaiki kinerja kapal dalam situasi tempur yang sesungguhnya.

New Delhi telah lama menunjukkan kekhawatiran tentang pergerakan China di Samudra Hindia. China sering melakukan latihan di perairan tersebut dengan angkatan laut lainnya, termasuk latihan pembajakan di Teluk Aden dengan AS pada tahun 2013 silam. Beijing mengatasi kekhawatiran ini dengan dalih bahwa kehadiran mereka di Samudera Hindia adalah masalah bantuan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Seorang pengamat militer di Shanghai, Ni Lexiong meyakini latihan militer China di Samudra Hindia adalah tanda negara komunis itu sudah siap untuk menghadapi konflik dengan India. Apalagi eskalasi konflik China-India semakin hari kian memanas, terutama soal sengketa di Doklam dan Sikkim.

Selain itu, sebagai antisipasi China memblokade pergerakan India pelabuhan Hambantota Sri Lanka kini juga sudah jatuh ke tangah perusahaan asal Tiongkok. Artinya, penguasaan salah satu pelabuhan strategis Sri Lanka itu lebih merupakan faktor geopolitik dan geostrategi China menghadang laju India terutama di kawasan Samudra Hindia.

“Jika perang skala besar terjadi, lautan akan menjadi kunci. Dan China perlu memberi isyarat bahwa mereka siap menghadapi potensi konflik,” kata Ni kepada South China Morning Post seperti dikutip Sputnik.

Selain itu, sejak 2015 Angkatan Laut Beijing juga mulai mengalihkan perhatiannya ada pertahanan perairan lepas pantai. Menurut rencana, Beijing akan mengirimkan kapal untuk misi anti-pembajakan setelah kapal tanker bahan bakar Aris 13 dibajak di lepas pantai Somalia awal tahun ini. Ini adalah pembajakan pertama sejak 2012. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version