Akankah Israel Menjadi “Lone Wolf” di Timur Tengah?

Bendera Israel. (Ilustrasi)

NUSANTARANEWS.CO – Seperti diketahui Iran telah memperkuat pengaruhnya di Suriah Selatan di sepanjang perbatasan dengan Yordania, membentang membentuk kawasan bulan sabit menuju kawasan Laut Tengah melalui Irak ke Suriah dan Lebanon.

Melihat perkembangan pengaruh Iran yang semakin kuat di kawasan semakin mencemaskan Rezim Zionis Israel – terutama bila benar-benar terwujud sebuah koridor “bulan sabit” yang sedang dibangun oleh Iran. Tel Aviv mencemaskan kemungkinan ini karena semakin menguatnya pengaruh Iran di Suriah serta terhubungnya Iran dengan kelompok-kelompok sehaluan di kawasan Timteng.

Baca: Destabilisasi Timur Tengah Terus Berlanjut

Seperti diketahui Iran secara terang-terangan menyokong penuh Hizbullah yang ikut membela Presiden Suriah Bashar al-Assad, kemudian dukungannya kepada kelompok-kelompok militan seperti Ansarullah (Houthi) di Yaman, serta semakin menguatnya pengaruh Teheran di Irak

Ditambah lagi dengan perubahan politik internal yang terjadi antar negara Kerjasama Teluk setelah diputuskannya hubungan diplomatik dengan Qatar dan pemboikotannya sebagai sebuah peristiwa kemelut yang belum pernah terjadi sebelumnya – yang secara tidak langsung sangat menguntungkan posisi bulan sabit Iran.

Baca: Membaca Konflik Timur Tengah Mutakhir

Israel yang sejak awal konflik Suriah merasa memegang kendali, khususnya di wilayah Barat Daya Suriah – dengan memberikan dukungan kepada pihak oposisi dan menjalin kerjasama dengan kelompok-kelompok perlawan tertentu – tanpa mendapat dukungan dari Washington, mengakibatkan strategi Israel tersebut menjadi lemah sehingga menimbulkan frustasi Tel Aviv.

Apalagi setelah bertahun-tahun melakukan lobi ditolak oleh Presiden Obama, dan kini gagal memperoleh dukungan dari Presiden Donald Trump – sehingga Israel kini terpaksa berusaha mengembangkan strategi geopolitiknya sendiri.

Seperti dilansir oleh  Wall Street Journal pada bulan Juni lalu, Israel telah memberikan bantuan rahasia kepada para pemberontak Suriah, dalam bentuk uang tunai dan bantuan kemanusiaan. Demikian pula pada 20 Juli kemarin, Israel mengirim bantuan besar-besaran bagi kelompok-kelompok perlawanan di Suriah sebagaimana dilaporkan The New York Times.

Tujuan Israel adalah untuk menyusup ke Suriah selatan guna menciptakan penyangga terhadap Iran dan Hizbullah. Melalui “Operation Good Neighbours ,” Israel bekerja keras membangun hubungan dengan berbagai kepala suku dan kelompok berpengaruh di wilayah tersebut.

Namun, rencana Israel tampaknya mendapat hambatan baik secara regional maupun global – karena Rusia dan AS, serta sekutu regionalnya telah terikat dalam kesepakatan yang secara tidak langsung merugikan kepentingan Israel. Sehingga Isreal marah dan merasa dikhianati oleh Washington. Betapa tidak bila Iran terus bergerak menciptakan jalur strategis yang menghubungkan Teheran ke Damaskus dan Beirut.

Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, Yaakov Amidror, dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini mengancam bahwa negaranya siap untuk melawan Iran di Suriah, sendirian. Amidror juga mengatakan bahwa tentara Israel akan campur tangan dan menghancurkan setiap usaha untuk membangun kekuatan militer permanen di Suriah.

Tanpa AS, Israel kini bukanlah bukanlah satu-satunya kekuatan yang memegang semua kartu di kawasan. Ditambah dengan kebijakan “America First” di bawah Trump yang membuat pakta AS-Israel menjadi tidak efektif. Sehingga untuk pertama kalinya Israel ditinggalkan dengan pilihan yang sangat terbatas. Akankah Israel menjadi “Lone Wolf” di kawasan Timur Tengah?

Penulis: Agus Setiawan

Exit mobile version