NUSANTARANEWS.CO – Menyundul bola dalam olahraga sepakbola disebut dapat menyebabkan gejala geger otak meskipun sejumlah penelitian lain menunjukkan isu tersebut bisa terjadi akibat sebuah pukulan atau benturan di kepala. Tapi studi terbaru menyebutkan menyundul bola juga bisa menyebabkan geger otak.
Namun begitu, pemain sepakbola amatir disebut paling berisiko mengalami geger otak akibat menyudul bola. Bisa juga karena bertabrakan antar pemain. Tapi gejala-gejala geger otak dikatakan bisa juga terjadi akibat tindakan yang dikenal dengan sebutan heading itu.
Hanya saja, studi ini tidak menyebutkan bahwa heading bola dalam olahraga sepakbola bisa mengarah pada kerusakan otak atau masalah lainnya yang mengancam otak seseorang.
“Di sini ada kemungkinan bisa menimbulkan resiko,” kata seorang peneliti Dr Michael Lipton seperti dilansir Foxnews.
Neuroradiologis dan Neuroscientist di Albert Einstein College of Medicine dan Sistem Kesehatan Montefiore ini menuturkan bahwa efek dari menyudul bola itu hanyalah jangka pendek.
“Kami melaporkan efek dalam jangka sangat pendek. Ini adalah gejala yang benar-benar langsung. Tulisan ini tidak membahas konsekuensi jangka panjang,” ujarnya.
Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia. Lipton dan rekan-rekannya menulis dalam jurnal Neurology mengatakan bahwa geger otak lebih besar kemungkinan disebabkan oleh tabrakan antar pemain.
Dalam proses studinya ini, para peneliti merekrut para pemain sepakbola amatir dewasa di daerah New York City. Studi ini juga dilakukan secara online. Sampel yang diambil adalah seberapa sering partisipan bermain sepakbola selama seminggu, berapa sering mereka memegang bola, berapa sering mereka menyudul bola, serta apakah mereka mengalami gejala negatif seperti Rajasa sakit, pusing dan pingsan akibat menyudul bola.
Secara keseluruhan, 470 survei diselesaikan oleh 222 peserta pada tahun 2013 dan 2014 silam. Para peserta antara usia 18 dan 55 tahun, dan sekitar 80 persen adalah laki-laki.
Para peneliti menemukan bahwa 37 persen pria dilaporkan mengalami kecelakaan pada kepala akibat menyudul bola. Mereka bermain bola rata-rata 44 kali selama rentang dua minggu.
Hasilnya, sebanyak 20 persen dari peserta melaporkan mengalami gejala gegar otak. Sedikitnya enam kali sundulan bola yang berujung pada insiden di lapangan mengalami geger otak.
“Tidak ada informasi yang cukup di sini untuk mengatakan bahwa hal ini secara umum dapat memicu rusaknya otak,” kata Lipton.
“Saya pikir apa yang kita butuhkan adalah mencoba untuk memahami jika heading terus-menerus memberikan kontribusi terhadap masalah-masalah jangka panjang demensia atau epiphenomenon – sesuatu yang terjadi tapi tidak menimbulkan trauma atau cedera,” kata Dr Jeffrey Bazarian, seorang profesor pengobatan darurat di University of Rochester Medical Center di New York. (Sego)