Puisi BJ. Akid
Mata Luka
Memasuki guratan-guratan pesona ditubuhmu
Adalah kelupaan waktu pada masalalu
Rambut yang separas di kening
Serta lirikan mata yang runcing,
Adalah awal bagi musim
setelah kebencian bersimbang tafsir.
Aku, tidak akan pernah mengenalmu
Sebelum senyum merangkum segala rindu
Aku tadak akan bisa menyulam bayangmu
Sebelum siang bertepi dikedalaman warna semu.
Betapa sakit benci ketika disiram air lautan,
Bimbang dan penasaran bersedia menjaga bergantian
Disepanjang siang dan malam,
Maka biarkan aku sedikit kagum pada sebaris bibirmu
Atau pada selembut kelopak matamu
Agar kekejaman yang kuanggap pilu
Tercelup kedalam madu.
Ruang ingatan, 2018
Tirakat Rindu
-Kh. Naqib hasan
Hanya kepadamu
aku berlayar dari keburukan
Dan hanya kepadamu
aku melafadkan kerinduan
Dari berbagai doa yang aku lantunkan
Sebagai isyarat hamba pada tuhan
Pohon-pohon mengakar
Membalas segala kesedihan
Sebagai pendekar
Yang tersesat di medan perang
Biarkan angin tenggara itu
Mangusik dalam senyumku
Mendinginkan hasrat pilu
Yang telah kau kabarkan lewat rindu.
Jum’at manis, 1440
Rekayasa Kepergian
Jika datang kepadaku
Mata dengan lirikan ujung bambu
Semua bahana mulai bisu
Seperti para perindu menunggu layu
Nyatanya tak ada yang perlu kita diskusikan
Pada kelembahan duka ini, kecuali di hari nanti
Engkau akan kembali sebagai gosip yang menulak arti
Maka sisipkan jantungku
Pada pelapah kesetiaanmu
Jika itu memang rindu
Katakana saja kita belum bertemu.
Reguler, 2018
BJ. AKID, Lahir Di Pasongsongan Sumenep, Madura, Ia Menulis Puisi Beserta Cerpen. Saat Ini Masih Tercatat Sebagai Santri Pondok Pesantren Annuqayah. Dan Menjadi Ketua Komunitas Laskar Pena PPA Lubtara, Sekaligus Pengamat Litrasi Di Kumunitas Surau Bambu Dan SMK Annuqayah.
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]
Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co