NUSANTARANEWS.CO – Menurut laporan Departemen Transportasi AS, tahun lalu tercatat ada 33.000 korban jiwa di jalan-jalan Amerika. Dalam laporan itu juga menyebutkan bahwa faktor kesalahan manusia (human error) adalah penyebab 94% kecelakaan di jalan raya, dan insiden tabrakan mobil menjadi penyebab utama kematian pengemudi yang berusia antara 15 sampai 29 tahun.
Menyikapi tingginya angka kecelakaan tersebut, perusahaan Uber bekerja sama dengan Universitas Carnegie Mellon, Pittsburgh mengumumkan bahwa mereka berhasil melakukan uji coba Taxi tanpa pengemudi di jalanan kota Pittsburgh, Amerika Serikat. Dengan keberhasilan Uber ini, semakin menambah banyak daftar perusahaan yang berminat mengembangkan mobil tanpa pengemudi.
Para pengusaha Taxi online ini, juga mulai melobi para perumus undang-undang dan regulator terkait persoalan hukum. Mantan pejabat Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Nasional AS, David Strickland di daulat menjadi juru bicara mereka. Para pengusaha aplikasi berbagi ini juga berusaha meyakinkan masyarakat tentang manfaat dari kendaraan-kendaraan tanpa supir. Bahwa teknologi mengemudi sendiri akan meningkatkan keselamatan publik dan mobilitas untuk para lanjut usia dan orang-orang cacat. Selain itu, dapat mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan kualitas lingkungan, dan memajukan efisiensi transportasi.
Bahkan perusahaan Taxi berbasis internet ini telah mengeluarkan pernyataan kontroversi bahwa tujuan akhir mereka adalah mengakhiri kepemilikan mobil, karena orang akan bisa memanggil mobil yang akan tiba dalam waktu kurang dari lima menit dan siap membawa penumpangnya ke manapun.(Banyu)