Calon Pemimpin Masa Depan Kuba Serukan: “Imperialisme Tidak Pernah Dapat Dipercaya!”

Wakil Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel/Foto voanews

Wakil Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel/Foto voanews

NUSANTARANEWS.CO – Wakil presiden Kuba Miguel Diaz-Canel terpilih sebagai wakil pertama Castro pada Februari 2013. Lahir dan dibesarkan setelah revolusi Kuba, insinyur berusia 57 tahun itu belajar teknik dan menghabiskan 30 tahun hidupnya di dalam Partai Komunis dan mengabdi selama tiga tahun sebagai menteri pendidikan tinggi. Diaz dianggap sebagai pengganti yang paling mungkin untuk menjadi orang nomor satu di Kuba.

Diaz-Canel, sejauh ini dikenal sebagai sosok yang memegang teguh garis partai dan bersikap low profile. Namun mendapat apreasiasi sebagai pemimpin yang mendukung modernisasi negara tersebut dalam pers dan akses internet. Rakyat Kuba berharap banyak kepada Diaz-Canel untuk melakukan perubahan di Kuba.

Amerika Serikat (AS) dan negara Barat juga berharap Diaz-Canel dapat menjadi mitra terbuka dalam menjalin hubungan dengan Kuba. Dinasti Castro akan segera berakhir di Kuba. Seperti diketahui Fidel Castro meninggal pada usia 90 tahun. Kemudian, Raul Castro, 85, yang diangkat sebagai presiden pada 2008, menyatakan akan mundur pada Februari 2018 dan mengakhiri periode kedua pemerintahannya.

Dengan pensiunnya Raul Castro dari kepresidenan, wajah penguasa di Kuba juga akan segera berubah untuk pertama kalinya sejak penggulingan diktator Fulgencio Batista pada tahun 1959, di mana pulau ini akan diperintah oleh orang lain selain Castro.

Diaz-Canel yang naik sebagai wakil presiden pertama akan menjadi calon kuat presiden Kuba mendatang. Diaz merupakan pemimpin muda pada kepemimpinan Partai Komunis. Dia diperkirakan akan menggaet generasi muda jika Partai Komunis Kuba lepas dari Dinasti Castro.

Selama menjabat sebagai wakil presiden, Diaz kerap menyerukan keterbukaan media yang dinamis. Dia juga menyambut internet sebagai alat untuk keterbukaan bagi Kuba. Hanya 5,6% warga Kuba yang memiliki akses internet pada 2015.

Sejauh ini, Miguel Diaz-Canel, telah menolak seruan Washington untuk menjalankan demokrasi  dan liberalisasi ekonomi di negara kepulauan tersebut. Diaz juga dengan tegas mengatakan bahwa, “perubahan yang dibutuhkan di Kuba hanya akan dilakukan oleh orang-orang Kuba,” tegasnya.

Pada sebuah upacara memperingati 50 tahun kematian pejuang revolusioner Argentina Ernesto ‘Che’ Guevara, yang berpartisipasi dalam pemberontakan Bolivia yang menggemakan penggulingan Kuba tahun 1959, Diaz-Canel mengingatkan pengikutnya bahwa, “Imperialisme tidak pernah dapat dipercaya, bahkan sedikit pun tidak, tidak pernah!”

Menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa embargo AS terhadap Kuba tidak akan dicabut sampai Havana menjalankan demokrasi dan liberalisasi ekonomi – Diaz berkata bahwa, “Kuba tidak akan membuat konsesi sekecil apapun menyangkut kedaulatan dan kemerdekaannya.”

Sehubungan dengan rencana pemilihan pemimpin baru Kuba, Castro telah menyerukan untuk menyelenggarakan pemilihan kota pada 22 Oktober, sebagai langkah pertama proses menuju pemilihan pemimpin baru dan pemungutan suara pertama yang akan diadakan di pulau tersebut sejak kematian kakaknya Fidel, pemimpin kharismatik revolusioner yang memerintah Kuba selama 47 tahun.

Setelah pemilihan kotamadya, Kuba masih akan memilih, pada tanggal yang belum diputuskan untuk anggota Majelis Rakyat, badan legislatif berjumlah 614 kursi yang akan memilih presiden dan wakil presiden.

Kuba adalah negara satu partai di bawah kendali Partai Komunis. Setiap warga negara yang berusia 18 tahun atau lebih dapat mencalonkan diri untuk jabatan pemilihan, namun Panitia Pemilihan Nasional yang dikontrol oleh partailah yang akan menyusun daftar calon akhir, sesuai dengan jumlah kursi yang harus diisi. (Banyu)

Exit mobile version