HankamMancanegara

Rusia Akan Mengaktifkan Kembali Pangkalan Militer di Kuba

Ilustrasi Lourdes Statiun SIGINT
Lourdes Statiun SIGINT/Foto: natoassociation

NUSANTARANEWS.CO – Rusia akanmengaktifkan kembali pangkalan militer di Kuba. Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa Rusia tidak ingin terjebak dalam perlombaan senjata dengan Amerika Serikat (AS), tetapi dirinya tidak punya pilihan lain jika Washington menggelar rudal baru di Eropa yang dapat menyerang Moskwa hanya dalam waktu sepuluh hingga dua belas menit. Namun provokasi AS yang terus meningkat belakangan ini secara tidak langsung telah membawa dunia kembali ke dalam peristiwa “Krisis Rudal Kuba” yang meletus pada tahun 1962 ketika Moskwa menanggapi penyebaran rudal AS di Turki dengan mengirim rudal balistik ke Kuba, sehingga memicu dunia ke ambang perang nuklir.

Kini setelah lebih dari lima dekade, ketegangan meningkat lagi di tengah kekhawatiran Rusia bahwa AS telah mengggelar rudal nuklir jarak menengah di Eropa. Apalagi Putin tampaknya siap untuk mengaktifkan kembali basis militer stasiun Lourdes di Kuba yang di tutup pada tahun 2002. Rencana ini menjadi fokus perhatian di Barat, terlepas bahwa ini hanya sekedar langkah diplomasi Rusia dalam menanggapi langkah Amerika di Eropa Timur dan Laut Hitam. Tapi Putin mengancam Presiden Trump dengan mengatakan bahwa Rusia siap konfrontasi Perang Dingin yang membawa dunia ke tepi jurang nuklir Armageddon, dikutip daily mail.

Baca Juga:  Tim Gabungan TNI dan KUPP Tahuna Gagalkan Penyelundupan Kosmetik Ilegal dari Filipina

Bulan November tahun lalu, presiden baru Kuba, Miguel Díaz-Canel, bertemu dengan Putin di Moskwa dan mengatakan ingin memberikan “dorongan baru” (a new impulse) bagi hubungan bilateral kedua negara. Kedua pemimpin juga fokus membicarakan masalah kerjasama militer yang mengarah pada pembukaan kembali basis pemantauan Lourdes yang ditutup 16 tahun yang lalu, serta kemungkinan membuka pangkalan tambahan di pulau itu.

Rencana Moskwa itu, sebenarnya tidak terlepas dari kunjungan simultan ke Kuba oleh Wakil Perdana Menteri Yuri Borisov, yang mengawasi kompleks industri-militer Rusia dan hubungan teknis-militer dengan negara-negara asing. Pada sebuah pertemuan di Havana, Rusia dan Kuba menyepakati kontrak yang bernilai lebih dari US$ 265 juta untuk bidang militer. Kesepakatan ini, di samping untuk menarik investasi Rusia ke Kuba, sekaligus juga sebagai sarana untuk melawan sanksi AS.

Sementara Rusia sendiri, berkepentingan untuk memperluas jangkauan militernya sebagai cara mengimbangi penetrasi AS di Eropa dan sepanjang perbatasan Rusia – apalagi Washington telah menarik diri dari kesepakatan INF.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Fasilitas, yang secara resmi disebut Stasiun Lourdes SIGINT (Signals Intelligence) ini, terletak di dekat Havana, lebih kurang 90 mil dari di lepas pantai Florida. Stasiun ini berfungsi sebagai pos pendengaran untuk 3.000 mata-mata, teknisi, dan personel keamanan Rusia. Fungsi utamanya adalah untuk mencegat berbagai komunikasi, termasuk yang berasal dari ruang angkasa Florida ke pesawat ruang angkasa Amerika. Kompleks seluas 72 kilometer persegi ini mampu mencegat transmisi radio intelijen Amerika.

Stasiun Lourdes ini dibuka pada tahun 1962, tepat sebelum pecah krisis rudal Kuba. Stasiun Lourdes pada saat itu memang merupakan salah satu pos terdepan pemantauan Uni Soviet terbesar di dunia. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,073