Lintas Nusa

Unik! Ikut Gerak Jalan, Para Santri Kenakan Sarung dan Sandal Jepit

NUSANTARANEWS.CO, Pamekasan – Peserta gerak jalan dalam rangka HUT ke-72 RI dari Pondok Pesantren An-Nasyiin Grujugan, Kecamatan Larangan menyedot perhatian, Senin (14/7/2017). Penyebabnya, para santri tersebut mengenakan sarung, kopyah dan sandal jepit. Tak pelak, warga yang menyaksikan kegiatan yang digelar Kantor Kecamatan Larangan pun memelototi peserta unik ini.

KH. Ach. Fauzi Hasbullah selaku pengasuh di pesantren tersebut mengungkapkan bahwa kostum tersebut merupakan pakaian sehari-hari santri. Hal ini juga sebagai bukti bahwa santri yang dikenal dengan kaum sarungan dan dikenal salaf tidak mengabaikan terhadap peringatan HUT RI. Santri Pondok Pesantren An-Nasyiin yang berhaluan ahlussunnah waljamaah menunjukkan cinta tanah air, membela NKRI dalam bingkai asas Negara Benika Tunggal Ika.

“Pondok Pesantren An-Nasyiin berpartisipasi dalam lomba gerak jalan menunjukkan santri itu sangat cinta bangsa,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.

Disamping itu, lanjut Kiai Fauzi, Pondok Pesantren merupaka salah satu bagian besar dari pada kemerdekaan Indonesia. Berkat perjuangan para kaum sarungan (santri) Indonesia dapat meraih puncak Kemerdekaannya.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Mengenakan sarung juga dinilainya sebagai cara menerapkan prinsip Almuhafadhatu ‘Ala Qodimissholeh Wal Ahdzu Bil Jadidil Aslah. Maqolah ini yang menjadi inisiatif dan Inovasi Pondok Pesantre An-Nasyiin untuk berpartisipasi dalam Lomba Gerak Jalan dengan Mengenakan Kostum Sarung.

“Sarung menunjukkan mempertahankan tradisi lama yang di contohkan oleh para Ulama. Gerak Jalan merupakan pembuktiaan cinta tanah air, cinta NKRI, cinta Pancasila, cinta Bhinika Tunggal Ika,” tambah kiai Fauzi.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pondok Pesantren An-Nasyiin Moh. Kurdi, mengapresiasi kepada seluruh santri yang mampu menunjukkan rasa cinta tanah air. Kaum sarungan itu menurutnya tidak hanya dibina dalam masalah kitabiyahnya. “Akan tetapi dibina dalam urusan kedisiplinan, ketegasan dan percara diri melalui gerak jalan,” pungkas aktivis Ansor tersebut. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 14