Ziarah Situs Sejarah Keraton Kanoman Cirebon

Ziarah situs sejarah Keraton Kanoman Cirebon.
Ziarah situs sejarah Keraton Kanoman Cirebon/Foto: Komplek Keraton Kanoman Cirebon/Ist

NUSANTARANEWS.CO – Ziarah situs sejarah Keraton Kanoman Cirebon. Sebagai kota yang dulunya memiliki pengaruh besar di Nusantara, Kota Cirebon memiliki khazanah sejarah yang melimpah. Keraton Kanoman merupakan salah satu situs sejarah yang banyak merekam kejayaan kasultanan Islam di Cirebon. Sampai saat ini, situs bersejarah ini masih berdiri kokoh di tempat asalnya. Dengan luasnya yang mencapai tiga kali lipat luas lapangan sepakbola.

Secara historis, Keraton Kanoman merupakan salah satu dua kasultanan yang ada di Cirebon. Berdasarkan usia dan kemunculannya, Keraton Kanoman jauh lebih tua ketimbang Keraton Kasepuhan.

Di bawah Kasultanan Cirebon muncul dua keraton, yakni Kanoman dan Kasepuhan. Berdirinya Keraton Kanoman ini tak lepas dari pembagian kekuasaan di Cirebon kala itu. Di mana sepeninggal Panembahan Ratu Pakungwati II tahun 1666, memaksa Kasultanan Cirebon dibagi menjadi dua.

Hal ini menyusul dua putra Panembahan Ratu Pakungwati II (Girilaya) yang sama-sama menginginkann kekuasaan. Kedua putranya tersebut adalah Pangeran Raja Martawijaya dan Pangeran Raja Kartawijaya. Pangeran Raja Martawijaya memerintah di Keraton Kasepuhan, sedangkan Pangeran Raja Kartawijaya atau juga dikenal dengan Pangeran Mohamad Badridin memimpin Keraton Kanoman.

Keraton Kanoman sendiri berdiri pada tahun 1678. Kompleks keraton yang dipimpin oleh Pangeran Raja Kartawijaya yang bergelar Sultan Anom I ini memiliki luas area sebesar 6 hektar lebih.

Di situs ini, banyak sekali peninggalan bersejarah dari kasultanan Cirebon tempo dulu. Bagi yang berminat mengunjunginya, tak perlu khawatir kesusahan karena lokasinya mudah untuk dikunjungi. Komplek Keraton Kanoman berlokasi di Jl. Winaon, Kampung Kanoman, Kanoman, Lemah Wungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya “Burak”, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad ketika Isra Mi’raj. Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.

Hal yang menarik lainnya adalah piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding keraton. Selain itu, keraton selalu menghadap ke utara dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul dan pasar sebagai pusat perekonomian, dan di sebelah timur keraton selalu ada masjid. (Ad/Alya)

Exit mobile version