Viral Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, Achmad Hadinudin: Masyarakat Abaikan Tata Krama Budaya

Viral lagu Joko Tingkir ngombe dawet, Achmad Hadinudin: Masyarakat abaikan tata krama budaya.
Viral lagu Joko Tingkir ngombe dawet, Achmad Hadinudin: Masyarakat abaikan tata krama budaya.

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Anggota DPRD Jawa Timur Achmad Hadinudin mengaku merasa miris adanya viral laku Joko Tingkir ngombe dawet. Pasalnya lagu tersebut tidak menghormati keberadaan Joko Tingkir yang notabene raja Islam di Indonesia.

Politisi partai Gerindra tersebut mengatakan bahwa munculnya lagu tersebut bisa dikata sebagai kedangkalan masyarakat dalam menilai unsur budaya di Indonesia.  Masyarakat belum bisa membedakan nilai seni yang sakral dan yang tidak,” jelasnya saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat (19/8).

Seni yang sakral, menurut Hadinudin, mengandung adat istiadat, tata krama, akhlak jatidiri manusia terhadap leluhur bangsa. “Joko Tingkir itu raja Pajang dimana kerajaan tersebut adalah kerajaan Islam. Kalau kemudian namanya dijadikan parodi, tentunya bisa dikata tata karma diabaikan,” jelasnya.

Jika hal ini dibiarkan, lanjut Achmad Hadinudin, tentunya tata karma terhadap leluhur akan hilang. “Ini yang harus dipahami semua yang harus menjunjung tinggi tata krama budaya,” jelasnya.

Ke depan, lanjut Achmad Hadinudin, perlu ada seleksi untuk nama tokoh-tokoh Islam atau tokoh agama sebelum diparodikan. “Saat ini demi menjaga agar tetap viral seenaknya saja memparodikan tanpa melihat tata krama. Orang mengabaikan tata krama untuk mengeruk untung dari hal yang viral tersebut. Kami berharap ke depan hal tersebut tak ada lagi. Hormatilah tokoh-tokoh agama atau tokoh Islam, dan jangan dijadikan obyek mengeruk keuntungan semata, “jelasnya.

Sebagaimana diketahui bahwa lagu dangdut viral dengan judul Joko Tingkir Ngombe Dawet kini menuai kontroversi. Bahkan, lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet mendapat kecaman dari para pemuka agama yang merasa tidak terima karena nama Joko Tingkir ada dalam lagu tersebut.

Pasalntya, mereka tidak terima dengan sosok ulama besar, Joko Tingkir, dijadikan parodi dalam lagu yang kini sedang viral tersebut. Untuk diketahui, adalah pendiri sekaligus raja atau sultan pertama dari kerajaan Pajang yang memerintah dari tahun 1568-1582 dengan nama Sultan Adiwijaya.

Nggak etis nama Kanjeng Joko Tingkir itu dijadikan lagu. Sudah saya katakan dalam dakwah saya itu, beliau adalah Sultan di Pajang yang menurunkan Pangeran Benowo. Beliau adalah nenek moyang ulama di Jawa,” ungkap ulama gus Muwafiq beberapa waktu lalu.

Menurut ulama yang gemar berambut gondrong ini sebaiknya lagu Joko Tingkir berhenti untuk dinyanyikan. “Ya dihentikan saja, ndak enak kalau kita mengolok-olok nenek moyang kita. Itu (Nama Joko Tingkir) bukan legenda tapi nama, ada orangnya, yang seorang sultan. Imbauan saja, besok tidak terulang lagi,” terangnya. (setya)

Exit mobile version