NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jakarta (IKA PMII Jakarta) menggelar diskusi dengan tema Politik Indonesia dan Perubahan Geokultural Nahdlatul Ulama, yang meneroboskan terkait politik NU adalah politik nilai, Jumat (12/1/2018) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Lt. 5 Jalan Kramat Raya No. 164. Jakarta Pusat.
Intelektual NU Ulil Abshar Abdalla yang menjadi salah satu narasumber dalam diskusi itu mengatakan bahwa identitas ke-NU-an harus dibicarakan secara terus-menerus, tidak bisa dianggap telah selesai. Sebab, secara demokrasi menjadi relevan ketika kita berbicara hal yang demikian.
“Siapakah yang disebut sebagai orang NU? Diakah yang NU secara amaliah? Diakah yang kultural? Diakah yang masuk dalam struktural? Atau dia yang masuk dalam kumpulan semuanya?,” ungkap Ulil Abshar Abdalla di awal diskusi.
Lanjutnya, masalah keagamaan menjadi sesuatu yang sangat ekstrim karena pendapat keagamaan masih berlaku dijadikan sebagai bahan perhitungan perpolitikan.
Masih dalam forum yang sama, ia menjelaskan bahwa NU ke depan harus mampu meredifinisi orang NU, juga meredifinisi NU terhadap arus politik.
“NU harus dapat menarik lebih tinggi dengan berpolitik secara nilai. Sehingga orang NU yang berorientasi dalam politik merasa terpayungi,” tegasnya.
Selain Ulil Abshar Abdalla, Juri Ardiantoro Ketua IKA UNJ, Ahsanul Minan Dosen Hukum UNU Indonesia, Khairul Anam NU Online, juga yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.
Pewarta: Robiatul Adawiyah