Trump Salahkan Obama Amerika Bersekutu Dengan Organisasi Teroris

Presiden Trump Salahkan Obama Amerika Bersekutu Dengan Organisisi Teroris
Presiden Trump Salahkan Obama Amerika Bersekutu Dengan Organisasi Teroris/Foto: Dailymail

NUSANTARANEWS.CO – Trump salahkan Obama Amerika bersekutu dengan organisasi teroris. Presiden Trump juga mengatakan bahwa personel militer Amerika Serikat (AS) tidak seharusnya berada di Timur Tengah dan menghabiskan US$ 8 triliun untuk menjadi polisi dan perang di kawasan Timur Tengah, Trump mengatakan: “Perang tanpa akhir yang bodoh, bagi kita, akan berakhir!”

“Kami pergi berperang di bawah premis yang salah dan sekarang tidak terbukti ada senjata pemusnah massal. Tidak ada satu pun. Sekarang kami akan hati-hati dan secara bertahap segera membawa pulang tentara kita yang hebat,”

Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Trump mengatakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ingin memulangkan para pengungsi, di mana saat ini, Turki menampung jutaan pengungsi di perbatasannya. Turki ingin memulangkan mereka kembali ke daerah asalnya, kata Trump.

Presiden Trump juga mengakui bahwa PKK yang masuk dalam daftar organisasi teroris oleh AS, Uni Eropa dan Turki, telah bekerja bersama kami, kata Trump yang juga menyalahkan mantan Presiden Barack Obama yang telah bersekutu dengan PKK, yang jelas-jelas musuh Turki.

Kata Trump, Ketika Presiden Obama mengambil PKK, itu adalah kesepakatan yang sulit, karena itu adalah musuh bebuyutan Turki.

“Ketika Presiden Obama mengambil PKK, ketika mereka membawa PKK, itu adalah kesepakatan yang sulit, karena itu adalah musuh bebuyutan Turki,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. “Jadi, ketika Anda membawa mereka ke dalam kemitraan, ini adalah situasi yang sulit. Ini sulit untuk Turki.”

Trump mengumumkan pada hari Minggu mengenai penarikan mundur pasukan AS dari posisi mereka di Suriah utara menjelang operasi Turki.

Penarikan mundur pasukan AS, rupaya menjadi lampu hijau bagi Turki untuk meluncurkan Operation Peace Spring di timur Sungai Eufrat di Suriah utara dengan dalih untuk mengamankan perbatasannya dari ancaman organisasi terorisame, dan sekaligus memastikan kembalinya pengungsi Suriah dengan aman, serta menghormati integritas wilayah Suriah.

Seperti diketahui, Turki menyatakan bahwa kelompok teroris PKK dan perluasannya YPG /PYD, merupakan ancaman terbesar bagi masa depan Suriah, dan membahayakan integritas teritorial negara itu. Turki juga menekankan bahwa mendukung teroris dengan dalih memerangi ISISI tidak dapat diterima.

Turki memiliki rencana untuk segera memukimkan kembali 2 juta warga Suriah di zona aman seluas 30 kilometer yang membentang dari Sungai Efrat ke perbatasan Irak, termasuk Manbij. Namun, kehadiran kelompok teroris seperti PKK, PYD, dan YPG menjadi ancaman terhadap rencana itu.

Sejak 2016, Turki sendiri telah melakukan dua operasi militer besar di Suriah barat laut – Operation Euphrates Shield dan Olive Branch – untuk membersihkan wilayah dari kelompok teroris ISIS dan YPG, yang merupakan cabang Suriah dari kelompok teroris PKK.

Turki mengklaim bahwa kedua operasi itu sejalan dengan hak negara untuk membela diri yang lahir dari hukum internasional, resolusi Dewan Keamanan PBB, terutama no. 1624 (2005), 2170 (2014) dan 2178 (2014), dan di bawah hak untuk membela diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB – demikian pula dengan Operation Peace Spring kali ini.

Selama Operasi Euphrates Shield, pasukan Turki telah menghabisi lebih dari 3.000 teroris ISIS.  Turki sendiri telah mengalami serangan teroris ISIS, dan lebih dari 300 orang tewas akibat serangan bersenjata dan bom bunuh diri dalam beberapa tahun belakangan ini.

PKK yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa, dan bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi. (Banyu)

Exit mobile version