NUSANTARANEWS.CO – Sayidiman Suryohadiprojo menyatakan bahwa, untuk membangkitkan semangat patriotisme bangsa Indonesia di perlukan teladan dari para pemimpin di Indonesia. Hal itu disampaikan sebagai medium implemetasi dari nilai-nilai pancasila.
“Ini semua memerlukan Kepemimpinan yang bermutu dan senantiasa sadar akan Pancasila sebagai Dasar Negara RI. Dan berkehendak kuat untuk menjadikan Pancasila kenyataan di kehidupan Indonesia. Baik pada tingkat nasional maupun daerah dan di setiap aspek kehidupan bangsa,” terang Sayidiman dalam tulisannya sebagaimana dikutip nusantaranews, Jumat (3/1/2017)
Pada hakikatnya, kata Sayidiman, Kepemimpinan-lah yang menjadi penentu keberhasilan dan terwujudnya Masyarakat Gotong Royong Modern dan Pejuang. Sebab itu baik di Pusat maupun Daerah, demikian pula di setiap aspek kegiatan masyarakat, harus terwujud dan diusahakan Kepemimpinan yang Pejuang dan menjadi Tauladan, Inspirator dan Penggerak, Pendidik yang secara jelas menentukan Arah Perjuangan.
“Secara tegas dan arif-bijaksana sanggup mengambil setiap keputusan yang diperlukan,” tambahnya tegas.
Baca: Hidup Dalam Kebersamaan, Sayidiman Suryohadiprojo: Pancasila Menjadi Nyata
Disamping itu, lanjutnya, Kepemimpinan selalu sadar adanya ambisi bangsa atau perkelompokan lain untuk menguasai Tanah Air Indonesia yang terkenal kaya dengan berbagai potensi. Sebab itu bangsa dan masyarakat Indonesia harus selalu siap dan mampu menghadapi kemungkinan itu.
“Dengan kekayaan dan kekuatan Masyarakat Gotong Royong Modern dan Pejuang dibangun Ketahanan Nasional dengan berbagai variasi kekuatan lunak dan keras (soft & hard power) sehingga bangsa Indonesia selalu efektif menghadapi berbagai gangguan dan ancaman,” kata dia.
Dengan begitu, kata Sayidiman, bangsa Indonesia kembali pada sifat kepribadiannya, sekaligus memiliki daya tahan yang menjamin eksistensinya sampai akhir zaman.
“Akan tetapi harus kita sadari bahwa mewujudkan berbagai perubahan ini makan waktu panjang dan mungkin baru menjadi kenyataan setelah diperjuangkan sepanjang satu generasi atau 20 tahun. Maka istilah Revolusi Mental adalah kehendak yang kurang masuk akal, karena kata “revolusi” menunjukkan perubahan yang cepat dan radikal. Mungkin lebih tepat digunakan istilah Restorasi Mental Pancasila,” tandasnya. (Sule)