Taiwan Mulai Kerahkan Kapal Patroli Bersenjata Rudal Untuk Hadapi Tekanan Cina

Taiwan mulai kerahkan kapal patroli bersenjata rudal hadapi tekanan Cina.
Taiwan mulai kerahkan kapal patroli bersenjata rudal hadapi tekanan Cina/Foto: navy recognition

NUSANTARANEWS.CO, Taipeh – Taiwan mulai kerahkan kapal patroli bersenjata rudal hadapi tekanan Cina. Kapal patroli bersenjata rudal anti kapal tersebut dilakukan guna mengimbangi tekanan militer Cina yang semakin meningkat di kawasan negara pulau tersebut.

Dalam sebuah upacara peresmian, Presiden Tsai Ing-wen memuji program kapal asli Taiwan ketika Administrasi Penjaga Pantai (CGA) menerima korvet rudal baru di Kaohsiung, Jum’at (11/12).

Berbicara pada upacara tersebut, Tsai menegaskan kembali bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kemampuan pembuatan kapal domestik sebagai bagian dari upaya untuk lebih memperkuat pertahanan nasional negara itu.

Penambahan kapal baru ini merupakan wujud tekad Taiwan untuk mempertahankan perairan teritorialnya, katanya, menyoroti meningkatnya aktivitas kapal keruk Cina yang masuk tanpa izin ke perairan Taiwan untuk mengekstraksi pasir dari daerah dekat Kepulauan Matsu.

“Tindakan seperti itu tidak akan pernah ditoleransi,” kata Tsai, dan CGA tidak akan lunak dalam melindungi perairan teritorial Taiwan.

Menurut CGA, CG-601 Anping adalah versi modifikasi dari korvet kelas Tuo Jiang milik Angkatan Laut, yang mampu melaju dengan kecepatan lebih dari 44 knot dan yang pertama dari 12 kapal patroli katamaran kelas 600 ton yang dirancang dan dibangun secara lokal yang juga dapat digunakan dalam kapasitas militer.

Anping dapat membawa 16 rudal anti kapal yang dikembangkan secara domestik: Hatever Feng II dan misil supersonik jarak menengah H1080, yang keduanya telah dikembangkan oleh Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan.

Selain berpatroli, korvet katamaran tersebut mampu melakukan misi penyelamatan dan bertanggung jawab untuk melindungi perairan Taiwan, termasuk mencegat penyelundup dan mengusir kapal Cina yang masuk tanpa izin.

Tsai telah menjadikan peningkatan kapasitas pertahanan asli Taiwan sebagai pilar utama kebijakan pertahanannya. Dia meluncurkan kembali industri penerbangan militer dengan produksi jet pelatih baru dan mendorong pengembangan sistem yang lebih canggih dengan memanfaatkan industri teknologi tinggi di pulau itu.

Tsai juga mendorong kapal selam buatan asli, meluncurkan produksi mesin pada November setelah empat tahun penelitian dan desain.

Dalam beberapa tahun terakhir, Tsai juga telah mendapatkan persetujuan dari Amerika Seriakat (AS) untuk pembelian senjata bernilai miliaran dolar, termasuk jet tempur F-16 Viper, drone bersenjata, sistem roket, dan rudal harpoon yang mampu mengenai kapal dan target darat.

Hingga hari ini, Beijing tetap menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayah kedaulatannya yang ingin memisahkan diri. Bejing pun semakin meningkatkan tekanannya dengan menerbangkan jet tempur dan pesawat pengintai hampir setiap hari menuju pulau berpenduduk 24 juta orang itu, yang hanya berjarak 160 kilometer di lepas pantai tenggara Cina di seberang Selat Taiwan. (Banyu)

Exit mobile version