Survey The Republic Institute: Meneropong Pilihan Masyarakat Ponorogo

Survey The Republic Institute: Meneropong Pilihan Masyarakat Ponorogo
Survey The Republic Institute: Meneropong Pilihan Masyarakat Ponorogo/Foto: Ponorogo.go.id

Survey The Republic Institute

Meneropong Pilihan Masyarakat Ponorogo Menjelang Pilkada Serentak 2020

“Petahana Semakin Tercecer, Penantang Berpeluang Terpilih”

Oleh: Sufyanto & Fatekhul Mujib

 

Pada tanggal 9 Desember tahun  2020  gegap  gempita pesta  demokrasi  lokal di  Indonesia  akan  berlangsug, pemilu serentak segera dimulai, yakni; Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota). Oleh karena itu, kami dari The Republic Institute sebuah Lembaga Nirlaba tempat berhimpunnya para intelektual di Surabaya, ingin menjadi bagian proses demokrasi di tingkat lokal. Wujudnya yaitu memberikan pendidikan politik   kebangsaan,   dengan   cara   kerja-kerja   ilmiah   dan   akademik,   dengan melakukan   penelitian   perilaku   memilih   (voting   behaviour) di banyak daerah yang salah satuya di Kabupaten Ponorogo ini. Riset   ini   bersifat independen guna mengukur seberapa besar tingkat popularitas, liketabilitas dan elektabilitas dari masing-masing aktor politik maupun tokoh yang layak dan berminat memimpin di Kabupaten Ponorogo.

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah yang akan menjalani kontestasi untuk rotasi kepemimpinan dari 19 daerah di Provinsi Jawa Timur dan 270 daerah se-Indonesia. Ponorogo menjadi pilihan The Republic Institute karena daerah ini memiliki sub-kultur khas Panaragan, yang merupakan sebuah wilayah yang memiliki ke khasan identitas sosial sebagai Bumi “Warok” yang tersohor diseantero jagad karena identitas seni “Reog” nya.

Masyarakat ‘Panaragan’ di mata analis sosial dan politik The Republic Institute adalah masyarakat yang dinamis seperti gerak tarian “Reog” yang heroik dan gegap gempita, ditambah masyarakat di Bumi “Warok” ini memiliki tingkat perubahan perilaku memilih (voting behavior) yang tinggi dalam memaknai kontestasi suksesi kekuasaan politik, sebagai bukti nyata, sejarah politik menunjukkan belum ada orang yang mampu mempertahankan kekuasaannya selama kurun waktu perhelatan Pilkada secara langsung digelar sejak tahun 2005, Petahana (incumbent) selalu tumbang dalam suksesi kekuasaan Pilkada langsung sampai tahun 2015. Oleh karena itu, kami The Republic Institute penting sekali melihat perubahan dinamika politik menjelang pilkada 9 Desember 2020 ini. Sebab Ponorogo berhasil menyajikan dua pasang calon yang sedang berkontestasi yakni; Pasangan Giri-Lysdia sebagai penantang vs. Ipong-Wahono selaku Petahana (incumbent).

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah survei, dengan teknik pengambilan sampel adalah Multi-stage Random Sampling dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 600 responden tersebar di 21 kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo, kemudian sampel diturunkan ke tingkat desa lalu diturunkan ke tingkat RW, RT, Rumah dan menentukan subjek penelitiannya. Proses pengambilan sampel (wawancara) dilakukan pada tanggal 22-30 November 2020. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Multi-stage Random Sampling ini dengan margin of error sebesar 3,8 %.

Popularitas dan Liketabilitas

Untuk melihat seberapa besar peluang calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo yakni pasangan Giri-Lysdia dan Ipong-Wahono, dapat diukur dari seberapa besar popularitas dan kesukaan (liketabilitas) calon. Adapun popularitas dan liketabilitas calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ponorogo, adalah sebagaimana tabel berikut :

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dari sisi popularitas kedua Cabup sudah sangat populer dikalangan pemilih. Cabup nomor urut 2, Ipong masih yang tertinggi, yaitu sebesar 97,2%, hal ini wajar karena posisinya sebagai Cabup Petahana, namun selisihnya hanya terpaut 0,4% dari Cabup Sugiri yaitu sebesar 96,8% sebagai Cabup nomor urut 1. Aspek popularitas kedua Cabup hingga akhir masa kampanye sudah cukup ideal, karena mereka dikenal pemilih lebih dari 95%. Adapun popularitas Cawabup Ponorogo 2020, pasangan nomor urut 1 Lisdyarita mengungguli Bambang Tri, meskipun selisihnya tidak terpaut secara signifikan. Popularitas kedua Cawabup belum ideal, karena masih di bawah 70%, Lisdiyarita 67,8% dan Bambang Tri 64,2%.

Selanjutnya dari aspek kesukaan, kepantasan atau akseptabilitas, kedua cabup juga memperoleh respons yang cukup tinggi, namun cabup Sugiri unggul dengan selisihnya hampir 8% dari Ipong, Sugiri memperoleh 93% sedangkan Ipong 85,3%, seperti yang tergambar dalam tabel diatas. Demikian juga dengan Cawabup, tingkat kesukaan masyarakat terhadap Lisdyarita lebih tinggi dibandingkan dengan Bambang Tri, 63,2% untuk Lisdyarita dan 58,7% untuk Bambang Tri.

Tingkat kesukaan, kepantasan, dan akseptabilitas masyarakat terhadap calon ini akan memengaruhi pada aspek elektabilitasnya, semakin tinggi tingkat kesukaan terhadap calon maka peluang keterpilihannya juga akan semakin naik.

Elektabilitas atau Tingkat Keterpilihan

Elektabilitas pasangan calon Sugiri-Lisdyarita mengungguli petahana dengan selisih cukup signifikan, yakni terpaut 10,2%. Sebagaimana elektabilitas pasangan Sugiri-Lisdyarita mencapai 52,7% sedangkan Ipong-Bambang Tri 42,5%, dan terdapat 4,8% suara undecided voters yang dapat diperebutkan oleh kedua paslon, lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

Kami The Republic Institute sudah melakukan dua kali riset di bulan Oktober dan Nopember, dari kedua riset tersebut terdapat perbedaan tren suara dari kedua pasangan calon, hasil elektabilitas kedua paslon menunjukkan pergeseran suara, pasangan Sugiri-Lisdya memperlihatkan tren naik, dan sebaliknya pasangan Ipong-Bambang Tri menunjukkan tren turun. Pada survey pertama Sugiri-Lisdya memperoleh 49,5% kemudian pada survey kedua naik 3,2% menjadi 52,7% dan paslon Ipong-Bambang Tri dari 44% turun 1,5% menjadi 42,5%, seperti yang tergambar dalam table di bawah ini:

Secara mengejutkan calon Petahana tertinggal hingga lebih dari 10%, hal ini terdapat faktor atau variable utama yang menyebabkan incumbent tidak lagi memperoleh simpati, kesukaan dan pilihan bagi masyarakat Ponorogo untuk melanjutkan kepemimpinan pada periode kedua. Menurut analisis kami, faktor utama yang mengalihkan pilihan masyarakat adalah kinerja Bupati diberbagai sektor penting yang dinilai kurang maksimal, karena kepuasan masyarakat terhadap kinerja bupati tergolong rendah, yaitu sebesar 60,2%.

Berdasarkan pengalaman kami dibidang riset voting behavior, jika selisih lebih dari 10% dengan sisa waktu pencoblosan tinggal 6 hari lagi, maka akan sulit bagi lawan untuk menyusul elektabilitas Sugiri-Lisdya. Jika ada perubahan pilihan, hasilnya tidak akan mampu membalikkan keadaan atau peluangnya sangat kecil, meskipun tetap masih ada peluang bergeser hasilnya, baik bagi paslon nomor urut 1 maupun paslon nomor urut 2.[]

Sumber: The Republic Institute (TReI)

Penulis:
Exit mobile version