NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumash menyampaikan kritik terhadap segenap komentar yang seolah-olah mendiskreditkan Organisasi Kemasyarakat Nahdlatul Ulama. Dalam kritiknya, Yoqut menguraikan beberapa hal terkait visi-misi NU sejak pertama didirikan.
“Gombal-gombal relijius ini makin aneh. Tak setuju dengan mereka kok dianggap melawan Tuhannya. Apa mereka pikir Tuhan setuju dengan mereka? Mikir!” tulis Yaqut di akun Twitternya memulai kritik atau sanggahannya, Selasa (28/3/2017).
Selanjutnya, Yaqut menyatakan dalam tulisannya bahwa, jika ada yang mengira NU didirikan hanya untuk syi’ar Islam Aswaja, ini jelas keliru. “Jika hanya untuk syi’ar, cukup lewat pesantren. Tebuireng, Tambakberas, Denanyar dll. Itu pesantren-pesantren besar yang santrinya tersebar dimana-mana,” tulisnya tegas.
Yaqut menginsyafi, jika proses mendirikan organisasi seperti NU tentu menambah kerepotan para pendiri, di samping harus tetap menghidupi pesantrennya. Namun demikian, lanjutnya, melampaui itu semua, kyai-kyai pendiri NU miliki visi kebangsaan yang tidak dipunyai yang lain. NU didirikan utk Indonesia. Untuk kemerdekaan Indonesia.
“Coba lihat lambang NU. Menurut kyai Maemun Zuber, lambang itu menggambarkan bagaimana NU didirikan untuk Indonesia. Tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab, jika dihitung ada 11, dengan pengucapan suku kata 6. 11+6=17. Tali yang melingkari membentuk angka 8. Bintang yang berjumlah 9, itu pun terbagi 4 di bawah dan 5 di atas. Jika dirangkum, 17-8-45. Pas dengan hari kemerdekaan,” urai Yaqut dalam cuit-cuitannya.
Padahal, lanjut dia, NU berdiri tahun 1926. Jauh sebelum Indonesia merdeka. “Kebetulan? Tentu tidak. Kyai-kyai menggunakan istikharah yang panjang,” ujarnya.
Menurut Yaqut, ketika menyetujui tanda gambar NU tersebut. Allah seakan menunjukkan bahwa NU dan Indonesia tidak terpisahkan. Meski sejarah tidak mencatat sempurna, bersama kelompok-kelompok lain, NU selalu di garda depan dalam pergolakan Republik.
“Ini alasan kenapa, jika hari ini ada yang coba-coba meruntuhkan Indonesia dengan cara apapun, akan berhadapan secara diametral dengan kami. Kader NU!,” tegas Yaqut.
Bahkan, kata dia, termasuk ketika ada yang gunakan instrumen demokrasi yang sejatinya mereka tolak untuk dijadikan trigger meruntuhkan sendi-sendi kebangsaan. Kader NU akan bergerak melawan. Dengan segala cara, dengan segenap daya.
“Jika anasir-anasir itu selama ini membuat kehidupan berbangsa tidak lagi tenang, mari kita sama-sama gantian buat mereka tidak tenang. Merdeka!,” seru Yaqut di akhir tweetannya.
Penulis/Editor: Achmad Sulaiman