Sembah Hyang – Puisi Abdul Wachid B.S.

Lukisan Nasirun, "Mengheningkan Cipta", 280x200cm, 2009/Foto: sangkringartspace.net

Lukisan Nasirun, "Mengheningkan Cipta", 280x200cm, 2009/Foto: sangkringartspace.net

MASJID SAKA TUNGGAL

masjid satu pilar
di tengahnya empat sayap
seperti totem tergambar
bawah tiang kaca pelapis senyap

ada tahun pendirian prasasti

abad 12 sebelum wali sanga
di tanah yang disucikan agama kuna
sebuah batu menhir tegak meraja
di hutan dengan ratusan kera

empat sayap penopang yang
menempel di saka empat kiblat dan lima lurus
empat mata angin dan satu pusat tak terputus

manusia dikelilingi
api, angin, air, dan bumi
bahwa hidup haruslah seimbang

yang hidup mestinya seperti alif
jangan bengkok
yang bengkok bukanlah manusia

empat penjuru
mata memandang
hati berdendang
lagu

“jangan terlalu banyak air
kalau tak ingin tenggelam
jangan banyak angin
bila tak tahan masuk angin
jangan bermain api
jika takut terbakar
jangan terlalu memuja bumi
jika tak ingin terjatuh”

empat kiblat dan lima lurus
sufiyah, amarah, lawwmah, muthmainnah
bertarunglah jiwajiwa manusia
hingga hidup hanyalah alif

Cikakak, Wangon, 4 januari 2016

CERITA MBAH BASYIR

bertemu gus miek di pesantren makam agung tuban
ia menyapa salam dan mencium
tangan yang
belum karuan tengadah arah

langit masih samarsamar
dunia digelar
segarlah daundaun tembakau
apakah segala hidup terjangkau?

teringat guruku di kala tsanawiyah
kiai muchid muzadi senasab sedarah
“sambunglah sapa setiap pagi
40 rumah silaturrahmi

maka engkau akan mengerti
makna sang kekasih diri”
anakanak tetangga mendekati
mencium tangan minta didoai

bertemu gus miek di pesantren makam agung tuban
ia menyapa salam dan mencium
tangan yang
kemana pun arah itulah wajah cahaya

di bawah pohon jati sampai akhir nanti
hamba berkawan sunyi

bluluk, lamongan, rabu, 20 januari 2016

SETIAP HARI IALAH HARI KASIH SAYANG
( D. Zawawi Imron)

setiap hari ialah hari kasih sayang
dengan kesegaran pagi bertumbuhan
rerumputan di halaman rumahku yang
diikuti oleh tumbuhnya seluruh rumputan
di muka bumi ini disinari matahari

setiap hari ialah hari kasih sayang
dengan atau tanpa kesegaran pun
setiap denyut bertumbuhan
rambut di kepalaku yang
diikuti oleh tumbuhnya seluruh rambut
di kepala manusia di bumi ini
disinari matahari

setiap hari ialah hari kasih sayang
dengan senyuman bertumbuhan
segala yang hidup dengan
warnawarni disinari matahari

setiap hari ialah hari kasih sayang
dengan cinta saling kembang
semua menjadi hidup dengan
buahbuah dipetik di esok hari

yogyakarta, 14 februari 2016

WAJAH PUISI

sampai hari ini aku tidak juga mengerti
bagaimana kelahiran sebuah puisi
berjuta kata mungkin saja ada di kepala
tetapi metafora tidak juga bicara

yang ada hanya kata yang
diindahindahkan
tetapi bukan kata yang
diindahkan

hingga tiap mata tidak cuma membaca
tetapi tiap mata berkacakaca
sampailah sebuah wajah terkaca
utuh penuh terbaca sebagai manusia

yogyakarta, 28 mei 2016

SEMBAH HYANG

duh gusti allah
menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhingga

untuk apa membutuhkan tempat
sidratul muntaha kanjeng nabi
mendapatkan dhawuh shalat
bila bukan sebab lambang maha terhormat

shalat itu pasujudan
dari kemuliaan manusia
shalat itu pasujudan
dari pengetahuan manusia

hamba hanyalah setitik hitam
dari umatnya kanjeng nabi
hamba hanya merasa
cinta dan kasihsayang panjenengan

bila kanjeng nabi lewat mi’raj
berhadaphadapan dengan panjenengan
bila hamba lewat kanjeng nabi
lewat shalat merasakan ada panjenengan

duh gusti allah
menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhingga

maka
hamba angkat tangan
ke arah kiblat panjenengan
allaahu akbar…..

yogyakarta, 20 juli 2014

Abdul Wachid BS

Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan sekarang sedang studi Program Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.

Buku-buku karya Achid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya (1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron(2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014).

Website: www.wachid.8m.com; E-mail: abdulwachidbs@yahoo.com dan abdulwachidbs@gmail.com; Twitter @abdulwachidbs; Facebook: www.facebook.com/abdulwachidbs

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version