Rudal Korut Test Case Hubungan AS-Cina

Ancaman Nuklir/Foto ilustrasi/sunflower/Nusantaranews

Ancaman Nuklir/Foto ilustrasi/sunflower/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Florida – Pertemuan Xi Jinping dan Donald Trump di Florida 6-7 April 2017 membahas soal nuklir Korea Utara (Korut). Pekan lalu, Korut membuat Amerika, Jepang dan Korea Selatan gusar akibat uji coba rudal yang ditembakkan mengarah ke Jepang dan Korsel.

Sikap Korut yang tembak sana, tembak sini membuat situasi di kawasan tak kondusif. Bahkan Korsel sendiri mengancam akan menembak balik bila Korut masih saja berulah.

Cina adalah pemain kunci untuk menghentikan ulah Korut. Di Florida, Trump berusaha menekan Xi agar Cina menekan Korut. Cina diminta menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan Pyongyang. Karena bagaimana pun Korut adalah anak emas Cina sebab kedua negara diketahui memiliki hubungan yang sangat erat. Dan Cina adalah mitra dagang utama Korut.

Tak tanggung-tanggung, Gedung Putih bahkan mendesak Cina agar menekan Korut dari segi ekonomi maupun militer supaya program rudal balistik yang tengah dikembangkan Kim Jong-un dihentikan. Lebih-lebih program nuklir itu disebut memang sengaja dirancang untuk menyerang AS.

Sebelum bertolak ke Florida, seperti dilansir Reuters, Trump sebelumnya berbicara dengan Perdana Manteri Shinzo Abe. Dalam pembicaraannya, kedua belah pihak diklaim bersepakat bahwa rudal balistik Korut adalah provokasi berbahaya dan ancaman serius. Untuk itu, Trump merasa perlu mendesak Cina agar Korut tak lagi bersikap provokatif.

Dilaporkan Reuters, pertemuan Trump dan Xi tampak canggung. Protokol Cina khawatir kecanggungan Xi di hadapan Trump malah justru berpotensi membuat Xi malu di hadapan publik. Pasalnya, sejak Trump naik ke Gedung Putih, sudah banyak contoh para pemimpin negara lainnya yang tampak canggung ketika berhadapan dengan Trump yang pasangannya serius dan keras.

“Memastikan Presiden Xi tidak kehilangan muka adalah prioritas utama bagi Cina,” kata seorang pejabat Cina.

Terlepas dari itu, sikap Korut boleh jadi test case bagi hubungan AS dan Cina. Jika Cina mampu membujuk dan menekan Korut terutama perihal nuklir dan rudalnya, maka kabar baik tentu akan terjadi dalam hubungan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu. Sebaliknya, jika tidak, maka tak menutup kemungkinan situasi akan semakin memanas di kawasan.

Selain soal Korut, Xi dan Trump juga dilaporkan akan membahas terkait perdagangan antar kedua negara yang sejak beberapa bulan terakhir dikabarkan tengah tak kondusif hingga memicu isu perang dagang (trade war).

Penulis: Eriec Dieda

Exit mobile version