Rembulan yang Jatuh di Wajahmu Membelah Indah Lautan

Rembulan membelah lautan. (FOTO: "SEA MOON CAVE", A painting by Jim Thompson: The Art, Mind, & Soul of Jim Thompson)
Rembulan membelah lautan. (FOTO: “SEA MOON CAVE”, A painting by Jim Thompson: The Art, Mind, & Soul of Jim Thompson)

Puisi Faris Al Faisal

Membelah Indah Lautan

Pesisir berdesir, bunyi ombak berkecipak
Pasir-pasir menari, nyiur daunnya melambai
Pulau-pulau berdekatan,
selempar batu di tangan.
Nun di tengah lautan
perahu nelayan melempar sauh
Ditingkahi cecicit burung yang hinggap di tambang
‘Ini ikan-ikan kecil,” ucap nelayan itu
kepada kawanan burung.
Sebuah hubungan yang mesra,
sebab burung membalas
dengan kicau nyanyian.
Ditebar lagi jala-jala,
jaring-jaring dan kail
seakan ingin menyentuh
ke dasar lautan.

“Oh, andai aku punya tongkat Nuh,” pikirnya
berenang-renang di permukaan laut.
Laut dibelah,
tak besusah payah mendapatkan
ikan-ikan cantik,
cumi-cumi, kerang berwarna warni,
Memilih mutiara,
aneka marjan,
macam-macam terumbu karang.
Hewan laut yang unik; kuda laut,
bintang laut, gajah laut, anjing laut, singa laut.
Dan semua kekayaan alam
bawah lautan.

Sepanjang laut bergelora,
manusia-manusia sudah dapat menyelam
lautan dalam.
Snorkling,
menikati alam bawah laut yang sejuk,
beraneka ragam kehidupan di dalamnya.
Begitu mungkin pemandangan
kolam kaca Nabi Sulaiman.
Tak ada yang dapat di sembunyikan,
tak ada yang dapat didustakan,
kecuali terus menyukuri nikmat Tuhan

Indramayu, 2018

Rembulan yang Jatuh di Wajahmu

pada wajahmu bulan jatuh dengan sempurna. Tersenyum lebar,
muka bundar, rona pipi memendar dan kerling mata berbinar. Di danau
memantulkan bayang kembar

angin berdesir menyisir jauh ke pesisir. Menggiring angan menuju
laut impian. Kudayungkan perahu rinduku untuk menyentuh
kecantikanmu. Seperti ikan yang bermandi cahaya pesona

aku mengukirmu di batu sungai dengan pahatan-pahatan kata. Mengumpulkannya
menjadi sajak-sajak berbatu. Sebentar kemudian waktu terbiar mesra. Rembulan
dipeluk bahagia dengan pertemuan dua kekasih

lukisan malam dipenuhi gemerlap cahaya. Terang benderang memberi pesan
yang terbaca. Dipantul cermin air yang berkaca malam kian merona. Dan wajahmu
berukiran semerbak bunga sedap malam

Indramayu, 2018

Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017), Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017), dan Novelet Bingkai Perjalanan LovRinz Publishing (2018) sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017).

Puisi, cerma, cernak, cerpen dan resensinya tersiar berbagai media cetak dan online seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Padang Ekspres, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Radar Surabaya, Radar Sulbar, Radar Banyuwangi, Media Jatim, Merapi, Minggu Pagi, Banjarmasin Post, Bali Post, Bangka Pos, Magelang Ekspres, Malang Post, Solopos, Suara NTB, Joglosemar, Tribun Jabar, Tribun Bali, Bhirawa, Koran Pantura, Riau Pos, Tanjungpinang Pos, Fajar Makasar, Serambi Indonesia, Majalah Simalaba, Majalah Hadila, Majalah Suara Muhammadiyah, Tabloid Nova, IDN Times, Sportourism.id, Puan.co, Nyontong.Com, takanta.id, Jurnal Asia, dan Utusan Borneo Malaysia.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com

Exit mobile version