Rayuan Pulau Garam

Petani Garam di Pulau Garam Madura (Ilustrasi). Foto: Istimewa/ NusantaraNews

Petani Garam di Pulau Garam Madura (Ilustrasi). Foto: Istimewa/ NusantaraNews

Puisi Sugik Muhammad Sahar

 

RAYUAN PULAU GARAM

 

Ini tentang asin yang sama

Ketika Tuhan menurunkan lanscap sempurna

Musim pancaroba mengisyaratkan tanda

Bagi laki-laki nelayan dan perempuan perkasa

Dimana riuh ikan-ikan menabuh dada

Sementara pada tiang-tiang pagan

Hujan menulis sajak disana

Dengan utuh makna yang paling bisa

 

Sampan-sampan seakan terus menyebrangi

Melipat degub di lengan kiri

Lantas hilir ombak seperti sibuk meng-amini

Agar jarak selekasnya menepi

 

Sementara di bibir pantai

Perempuan perkasa memunguti doa yang disisakan cemas

Ditampungnya dalam keranjang harap dan waswas

Agar lelaki nelayan seumpama berbagi usapan

Pada tiap keringat yang dikucurkan

 

Di celah pulau garam, Tuhan menurunkan lanscap peraduan

Tak perlu menggoda laut agar termakna segala rindu

Sebab di bantal ombak, telah menyemogakan temu

 

Pamekasan 2017

 

JIKA KAU BERTANYA

 

Aku

Anak-anak kerapan

Di jiwa, tanduk logam

Membajak bukit garam

Bagi dada kerontang

 

Pamekasan 2017

 

Sugik Muhammad Sahar lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia  dan bahasa Madura. Tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di: Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Banjarmasin Post dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi “Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata” Bangkalan Madura 2017. Saat ini mengabdi di Lembaga Ponpes Al-Hasan Putri.

Exit mobile version