Pulihkan Kondisi Persenjataan, TNI Terus Cukupi Gizi Alutsista

Hari juang kartika 2003 dan pembentukan 10 Batalyon RAIDER yang siap di kirim ke ACEH pada tg 25 des 2003/Foto Puspen TNI

Hari juang kartika 2003 dan pembentukan 10 Batalyon RAIDER yang siap di kirim ke ACEH pada tg 25 des 2003/Foto Puspen TNI

NUSANTARANEWS.CO – Pengamat sekaligus Analisis Pertahanan dan Alutsista Indonesia, Jagarin Pane menjelaskan, berbagai jenis alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang terus berdatangan ke tanah air, bagi dia dinilai sangat mengembirakan.

Jagarin menilai, program MEF (Minimum Essential Force) yang sudah dimulai sejak tujuh tahun lalu memberikan banyak inventori alutsista berteknologi untuk segala matra.

Pertanyaannya adalah sudah kuatkah kita? Maka dirinya menjawaban secara lugas belum.

“Sebab kita baru dalam kondisi untuk memulihkan kondisi persenjataan TNI yang selama ini gizi alutsistanya memprihatinkan,” ungkap Jagarin Pane dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (26/11/2017).

Jagarin Pane berpandangan bahwa berbagai jenis alutsista yang datang ke tanah air, kata dia adalah dalam rangka mencukupi gizi alutsista tentara nasional yang selama ini kurang diperhatikan.

Adapun jenis alutsista yang tengah di datangkan ke Indonesia antara lain, mulai dari Tank Leopard, Tank Marder, Panser Anoa, MLRS Astross, Artileri Caesar Nexter, Artileri KH178, KH179, Helikopter Mi35, M117, Bell 412, Kapal Cepat Rudal, Kapal Patroli Cepat, Kapal LPD, LST, Korvet, Light Fregat, PKR10514, Kapal Selam, Tank Amfibi BMP3F, Pandur II, Arisgator, MLRS Vampire, RM Grad, berbagai jenis peluru kendali, Jet Tempur F16 blok 52 Id, Golden Eagle, Super Tucano, Hercules, CN 295, Radar Militer, Helikopter Comat SAR Caracal, Helikopter Anti Kapal Selam, Drone, dan lain-lain.

Bagi Jagarin, pengadaan alutsista ini adalah sebuah “fardhu kifayah” alias kewajiban mutlak dari pemerintah untuk memperkuat pertahanan negeri kepulauan ini yang luasnya setara Eropa. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan atau terlambat dilakukan, maka akan menjadi dosa bersama.

“Karena warisan NKRI yang kaya dan hebat ini tidak dimarwahkan dan dimartabatkan melalui kekuatan TNI yang sepadan dengan besarnya kedaulatan teritori yang harus dijaga,” sambungnya. (*)

Editor: Romandhon

Exit mobile version